Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sakit yang Terakhir

3 Agustus 2019   11:16 Diperbarui: 3 Agustus 2019   11:25 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yudi tergoler lemah di ranjang putih bersih rumah sakit. Tubuhnya lunglai pasca bedah kanker yang melilit disela sela rusuknya. Bius remedi mulai menyiratkan rasa lenyap keampuhannya. Rasa sakit tentu saja, mulai merayap kesekujur pinggulnya.

"Sakit, maak.." Yudi melenguh.

Suster ayu bertopi putih, menghampiri sambil menjumput pil mungil. "ini pak Yudi, obatnya di minum" bukanya lembut.

"Obat apa ini suster?"

"Pelenyap sakit, pak Yudi"

"Jenis apa suster"

"Biasanya morfin, pak Yudi"

"Oo ..Suster Morfin.." Yudi masih bisa mengingat salah satu lagu baheula, yang dimaksud yaitu "Sister Morphine"  nya The Rolling Stones.

"Itu Sister Morphine, pak Yudi" Sang suster ramping meralat genit.

"Oh yeah.. yeah.." Yudi mengangguk angguk setelah menenggak pil telernya.

Lalu si pesakitan ini melupa nyerinya bahkan tanpa tanda kantuk mata, kontan rebah tertidur.  Suster menyelimuti dan menyentil kantung infus guna memastikan tetesan. Lalu melangkah menjelang tugas lain pasien.

***

Pagi mengganti tugasnya malam. Hari ini adalah sambungan serial kemoterapi yang kesekian bagi Yudi. Suster pengganti kemarin sudah sedari subuh bergerak kesana kemari menangani pasien dan mengintili dokter visit. Sekali ini tiba di sal Yudi yang sudah menggeliat dari pengaruh pergaulan obatnya semalam, meski rusuk kirinya masih mengirim tusukan linu.

"Met pagi, pak Yudi. Hari ini kemo ya pak" suster ramah menyapa bersama sinar fajar. Mata Yudi menyipit silau.

"Ah kemo.." dia menggumam jemu sudah paham perihal pasca kemo yang bakal mencipta mual dan getar di sekujur bagian tubuhnya yang sensi.

Yudi nampak tak demikian hirau. Mo kemo, mo darmo, dia tak takut lagi. Surgeri, kemo dan saudara saudaranya  tak lagi menggetarkan kalbunya.

Dia hanya senyum ketika sang suster gesit mendorong brankar melesat ke ruang kemoterapi.

"Senyum pak Yudi. Tumben?" suster usil nan kepo meliriknya.

"Saya tak kawatir lagi atas semua ini, suster Morin"

"Uwii.. manstaf pak Yudi" suster gembira. Mereka tertawa beriringan.

"Sakit bisa diobati, suster. Jika diperlukan operasi atau kemo, laksanakan. Begitu saja bukan,  suster cantik?"

"Cucok pak Yudi. Dibawa sejuk ajah"

"Ember.."

Lalu Yudi pun menjalani trit kemikal terapi. Invasif dan masif. Beberapa saat kemudian serampung prosedur,  suster yang tadi sudah memapaknya. Meskipun pusing, Yudi masih mengenali sang suster.

"Halo pak Yudi?  Kita ngamar ya" suster bercanda. Namun Yudi terlihat beku. Wajahnya baud.

"Kenapa bro? Kita move on, ya" suster paham lalu sigap menyurung brangkar menjelang kamar rawat. Yudi masih terdiam, demikian halnya si suster. Mereka menyusuri lorong, sepi suara, hanya derit halus roda amben pasien.

"Suster! Saya merasa kesakitan.." tiba tiba Yudi memecah kesunyian.

"Saya mahfum, pak.  Pengobatan ini memang menyakitkan.." suster Morin menjadi simpati plus plus.

"Bukan Suter Morin. Kalo sakit ini saya sudah ndablek, tak merasakannya lagi. Ada sakit yang lain baru saja datang dan langsung menghantui saya"

"Loh, tadi engga di konsul sama dokter, pak Yudi?"

"Tidak suster Morin. Sakit yang ini tak bisa diobati, bahkan tak mengenal bedah operasi atau kemoterapi. Ini adalah sakit puncak yang paling akhir. Satu sakit yang paling sublim" Yudi berbicara dengan mata melamun.

"Maaf ya bro. Aku kurang paham"

"Tentu saja suster Morin. Belum waktunya untuk kamu mengerti, sekarang ini."

"Jadi sakitnya..?"

"Sakit menyambut kematian"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun