***
Pagi mengganti tugasnya malam. Hari ini adalah sambungan serial kemoterapi yang kesekian bagi Yudi. Suster pengganti kemarin sudah sedari subuh bergerak kesana kemari menangani pasien dan mengintili dokter visit. Sekali ini tiba di sal Yudi yang sudah menggeliat dari pengaruh pergaulan obatnya semalam, meski rusuk kirinya masih mengirim tusukan linu.
"Met pagi, pak Yudi. Hari ini kemo ya pak" suster ramah menyapa bersama sinar fajar. Mata Yudi menyipit silau.
"Ah kemo.." dia menggumam jemu sudah paham perihal pasca kemo yang bakal mencipta mual dan getar di sekujur bagian tubuhnya yang sensi.
Yudi nampak tak demikian hirau. Mo kemo, mo darmo, dia tak takut lagi. Surgeri, kemo dan saudara saudaranya  tak lagi menggetarkan kalbunya.
Dia hanya senyum ketika sang suster gesit mendorong brankar melesat ke ruang kemoterapi.
"Senyum pak Yudi. Tumben?" suster usil nan kepo meliriknya.
"Saya tak kawatir lagi atas semua ini, suster Morin"
"Uwii.. manstaf pak Yudi" suster gembira. Mereka tertawa beriringan.
"Sakit bisa diobati, suster. Jika diperlukan operasi atau kemo, laksanakan. Begitu saja bukan, Â suster cantik?"
"Cucok pak Yudi. Dibawa sejuk ajah"