Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Alkisah Antrian PPDB

19 Juni 2019   00:26 Diperbarui: 19 Juni 2019   00:27 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Antrian hari pertama ppdb sma negeri  mengular yang dimulai subuh bahkan pukul satu pagi. Hari kedua sama saja, meskipun disiasati oleh penyelenggara satuan pendidikan dan inisiatip orang tua calon murid untuk tidak separah kejadian dihari pertama. 

Kenapa? Padahal jadwal pendaftaran ppdb di sekolah sman dimulai 17 Juni  sampai dengan 22 Juni. 

Ada yang mengatakan bahwa ada persepsi yang salah dari ortu bahwa dengan mendaftar lebih dulu maka kesempatan diterima lebih besar, sehingga terjadi antrian atau rebutan nomor urut pendaftaran. Apakah sedemikian naif kah, hai para orang tua calon siswa? Menurut pikiran saya tidak demikian, nampak ada ketakutan besar terhadap mahluk bernama zonasi ini, yang dimulai sudah sejak tahun lalu. 

Dari mulai ketakutan jarak rumah-sekolah, ketidak berdayaan HUN (hasil ujian Nasional), ketidak pastian mendapat sekolah negri yang baik (favorit?) dan persaingan keras untuk nilai HUN yang tinggi yang hanya mendapat porsi  prosentasi 2,5% kuota. 

Semua ini berputar di kepala bapak/ibu calon siswa. Seperti memecahkan soal matematika dengan banyak variable, yang bisa dipilih. Sehingga terjadilah penumpukan pendaftaran di sman yang baik, mungkin pendaftar akan bisa  mencapai 2 sampai 3 kali dari kuota satuan pendidikan sman. Misal kuota murid yang tersedia 300 siswa mungkin pendaftar bisa mencapai 900 siswa. Ini tidak sehat.

Ini barangkali gambaran keraguan atau ketidak percayaan kepada institusi pendidikan negara. Orang disuruh daftar berbasis jarak, sementara data sebaran atau pemetaan zonasi siswa terhadap satuan pendidikan sman tidak dimiliki oleh dikbud. Sehingga seperti orang buta meraba raba, jarak ini cukup masuk enggak ya? Kalo dikbud sudah punya pemetaan ini, enak, sudah ada data bahwa kamu masuk sman ini, kamu masuk sman itu. 

Begitu juga soal HUN (hasil ujian nasional) dan rapor siswa smp, yang nyaris tanpa arti sebagai paspor masuk sman. Tiga tahun dihabiskan di smp tentu saja salah satu arti pentingnya adalah pencapaian nilai hasil ujian nasional yang itu juga sudah menjadi program pendidikan dari pemerintah, bahwa harus ada ujian nasional. 

Tapi oke, siswa lalu masuk jenjang pendidikan sman selama tiga tahun.  Lalu setelah lulus sma, apakah bisa masuk perguruan tinggi negri sesuai zonasi lagi? enggak lah yaw. Kenapa sman zonasi dan ptn enggak zonasi? Embuh tanya aja dikbud. 

Toh akan sama tujuannya yaitu pemerataan kualitas pendidikan, menciptakan banyak satuan pendidikan berkualitas/favorit dan peningkatan kualitas pendidik/guru. Terus kenapa zonasi enggak punya link, atau missing link didalam zona perguruan tinggi negri? Aku bilang embuh, tanya aja ke pak mendikbud.

Jadi setelah nantinya setel kendo di smp, di sma harus tancap gas pol, para siswa. Untuk saringan prestasi di sma dan tes tertulis berbasis computer di SNMPTN dan SBMPTN.  Jadi jangan ada mimpi PTN itu zonasi.  Alhasil memang jenjang pendidikan kita ini seperti roller coaster, turun tajam dan naik tajam. 

Terus bagaimana menyikapi? Yang paling baik adalah pasang kacamata kuda, terus berlari mengejar prestasi di level apapun, dimanapun siswa diterjunkan, karena ujungnya sudah jelas sistem siswa di PTN yang tanpa kompromi dengan eksperimen, karena PTN itu sudah bukan favorit lagi, tapi sudah berstandar. Tapi apakah mereka lahir dari zonasi? Tidak! Mereka punya cara lain yang bukan zonasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun