Dia meraih satu papan lukisan yang terlapis kertas koran tua berdebu dan menunjukkannya kehadapanku.
"Saya buka ya pak? Ini lukisan yang sama, bapak berdua dahulu, sengaja saya buat dua " saurnya. Aku mengangguk, berdebar menanti dua wajah, lukisan  muda kita yang menawan di ingatan. Bener bikin deg deg degan. Swear!
Perlahan sobekan lapisan  koran membuka separuh, dan terlihat satu wajahku di masa silam, muda dan pasti tampan lah. Lanjut tangan sang pelukis merobek lepas separuh bagian sisa terbalut, perlahan dan terbuka satu wajah. Aku terhenyak itu bukan parasmu. Itu ibuku.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!