Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Blangkon Ahmad Dhani

29 Januari 2019   23:02 Diperbarui: 30 Januari 2019   11:52 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Menangislah bila harus menangis karena kita semua manusia.."

"Konsert DEWA 19 Reunion Live in Malaysia Feat Ari Lasso & Once Mekel" yang bakal berlangsung pada 2 Februari 2019 di Stadium Malawati Shah Alam Kuala Lumpur, sudah dipastikan tetap jalan tanpa Ahmad Dhani, pemuka Dewa 19, sang Presiden Republik Cinta.  

Dewa19 itu Ahmad Dhani dan Ahmad Dhani itu Dewa19. Sulit membayangkan performa Dewa19 tanpa Ahmad Dhani. Jika sudah begitu, performa berubah menjadi Ari Lasso dan Once Mekel saja, yang menyanyikan lagu kenangan Dewa19.

Dewa19 adalah kesatuan dari Ahmad Dhani, Ari Lasso, Andra Junaidi dan Once Mekel. Tanpa Dhani mereka bukan Dewa19, tapi tanpa mereka Ahmad Dhani tetap Dewa19.  Barangkali seperti Baladewa yang mengasuh adik adiknya Kresna, Bima, Duryodana.

Tetapi bukankah Freddy Mercury dari Qeen selalu meneriakkan kredo persembahan, lewat bariton empat oktafnya, "The Show Must Go On".

Bukan semata Dewa19, Dhani mesti diakui berkesenian musik dengan menaruh satu genre musik pop dengan musikalitas yang mewah dengan komposisi lagu membuai kadang tidak terduga. Sebagai komposer lagu, dia "the special one", bisa dinikmati segala kalangan usia dimana membuat kita berada didalam spirit yang sama.

Fair, dia adalah milestone musik kurun 90an, salah satu tonggak musik Indonesia yang menjadi standar  atau referensi bagi musisi dan grup band generasi sesudahnya aseli Indonesia.

Saya sendiri masih bermimpi, "Tuhan, demi kesenian, biarkan Ahmad Dhani ada di show Dewa19 ini, meskipun ada demi yang lain yaitu demi hukum". 

Bukan apa apa, buat mengingatkan bahwa kita pernah memiliki salah satu dekade musik yang sudah memperkaya peradaban seni negeri, tidak terhapus atau menjadi sayup hanya karena perbedaan imajinasi dunia maya yang harus berimplikasi hukuman, karena ego tidak membuka pintu budaya bermaafan, dinegeri yang kadang aneh ini.

Lalu apakah Dhani berbahaya? Tidak. Dia hanya seorang yang memakai blangkon dengan kepala gundul yang katanya hanya untuk menjadi ganteng, lain halnya dengan prawiratama memakai blangkon dengan mondolan sebagai penyekat rambutnya yang panjang tergerai siap bertempur nyawa.

Inilah dinamika peradaban, memang musim pilpres terbatas hanya seumur jagung untuk kemudian bersalaman kembali, tapi peradaban seni tak terhingga, memberi nilai yang lebih berarti jauh dari kebencian apalagi perpecahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun