Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bunuh Diri

19 Januari 2019   00:05 Diperbarui: 19 Januari 2019   00:12 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah kali ketiga Mario urung menggantung diri. Perdana, pas tali lengkap menelikung seputaran kerongkongannya, serta kakinya siap mendepak sandar bangku, sekonyong pintu kamar digedor engkongnya. Kegagalan kedua masalah teknis internal bukan seperti pertama, karena faktor eksternal. Ketika semua on set, kaki sudah naik keatas ember plastik, namun seketika ember tempatnya berpijak meledos memburai, tak cukup perkasa menanggung beban tubuhnya. Kekandasan yang mutakhir, bisa dikata persoalan moril. Padahal semua perangkat sudah firm, usai mengevaluasi dua kegagalan sebelumnya. Di kali ketiga ini Mario ambigu, sehingga dia memutuskan liren dulu untuk mereskedul pilihannya

Mario yang selalu membawa rasa bersalah. Semenjak sekolah dasar sampai masa kuliah dia merasa tidak pernah menjadi apa apa. Begitu halnya didalam keluarga, abang dan adiknya semua memiliki prestasi akademik, sementara Mario berprestasi biasa saja, malah sering jeblok.

Keadaan sekarangpun begitu. Saudara saudara sekandung Mario, berhasil menempati posisi pangkat di jawatan atau perseroan, lengkap dengan karir yang moncer. Dipatutkan dengan mereka, Mario merasa substil. 

Selepas drop out,  Mario sekarang hanya menjadi pegawai honorer di suatu usaha service AC. Posisinya enggak terliterasi di katalog. Pokoknya serba guna, bisa kurir, helper bahkan OB.

Mario depress dan makin melarut menjadi tak berarti.

Cuma engkongnya yang kopen terhadapnya. Makanya sekarang Mario memilih hidup bersama engkongnya daripada mami dan papinya. Engkong Mario welas asih kepadanya sejak Mario ingusan, karena bukan saja mirip wajah, namun juga keduanya sebelas duabelas nasibnya.

Engkong juga enggak keru keruan gawenya, kerjanya serabutan. Bisa supir tembak, tukang parkir tembak atau pedagang tembak buah musiman, hasil lungsuran dari toke toke buah yang kurang jelas asal usulnya.

Tapi begitu begitu, engkong memiliki sisi otak kanan yang lumayan, yaitu punya kapasitas EQ, Emotional Quotient, mendingan, dibanding otak kirinya yang melempem. Ini mengisyaratkan kehadiran imajinasi kreatif yang lebih. Kegemaran di ranah sastra terlebih prosa dan puisi lalu menjadi magnet dikeseharian Engkong. Idem dengan Mario yang satu setel dengan engkong, Mario tak lekang menulis dikesehariannya. Rasa independen usai berhasil menulis satu naskah, adalah pelarian yang sublim dari kecundang hidup yang menelikung. Mario merasakan hayat kehidupan, apabila bisa berjaya menoreh suatu puisi atau tutur cerita. Buat apa sastra Mario jika hanya pemenuh laci atau kaleng limbah?  Arkian ditemukannya blog keren, yaitu blok media internet untuk semua. Enggak terbatas, semua orang bisa submit konten. Mario pun girang.

Selanjutnya klik kirim lewat gadget atau laptop sudah seperti makan nasi, berlaku pada Mario. Lepas ratusan artikel tertayang khalayak. Mario lebih menikmati hidupnya lagi.

Tak terasa sudah berlalu sepasang tahun. Mario mulai dirundung sindrom silamnya yang memprihatinkan, yaitu kecenderungan suicide. Pasalnya akhir akhir ini banyak tulisannya menjadi biasa saja, miskin vote pilihan dengan jumlah pembaca anjlok. Mario mendekat frustrasi, tulisannya dirasa tak bermutu tanpa arti, padahal inilah kehidupan satu satunya yang menyalakan api spiritnya. Keadaan berlanjut tanpa perubahan. Setiap tulisan terkirim, setiap pula keluar zonk. Mario bertambah beku.

Sehingga sampailah Mario di babak empat mengingat kekalahan atas tiga babak di penyisihan sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun