Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menuju Catatan tanpa Titik

31 Agustus 2017   11:58 Diperbarui: 31 Agustus 2017   12:40 1229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah tujuh belas tahun di Metro TV include tujuh tahun Mata Najwa,  catatan itu berhenti, bukan berhenti titik, tapi dia menuju catatan tanpa titik. Siapa lagi yang akan mengisi titik titik ini, mungkin seperti ujian paket standar yang meliputi pilihan ganda, mengisi (titik titik) dan esay. Seperti itu?

Mayoritas penikmat tidak bisa menelan pil pahit kenyataan thr (totonan hari rabu) ini, barangkali bakal lahir transisi I don't like Monday ke Idon't like Wednesday. Sebegitunya?

Kenapa Mata Najwa shutdown? Banyak analisis spekulasi baik yang prof maupun amatiran (seperti ako) yang  pede atau ragu ragu berkembang, sekaligus kepo pada masa sebelum dan pasca terminasi Mata Najwa, lalu mengklik dengan kondisi aktual loker (lowongan kerja) mensos dan  pindah channel stasiun tetangga. Namun apapun, itu merupakan suatu bentuk tak menerima kehilangan yang manusiawi dari suatu release pressure show  ditengah kondisi negara yang sejarahnya sudah banyakmenimbun api dalam sekam.

Najwa Shihab, adalah reporter Metro TV pertama sebagai pemilik kode reporter 01 (bukan siap kosong satu komandan, seperti di konspirasi global, dunia terbalik lho), tapi adalah reporter pertama dari konsesus rekan rekannya di Metro TV.

Pengakuan perjalanannya sebagai reporter terekam sangat dalam, membuat kehidupannya jauh lebih kaya serta menjadi bekal berharga untuk terus berkarya sebagai jurnalis.  So what gitu loh, kenapa quit?

Najwa Shihab sendiri beralasan sangat psikologis, ingin jeda setelah mencapai angka keramat tujuh belas, dia menepis isu yang dia maklumi, dan dia firm bahwa alam lain belum sanggup menariknya kecuali jurnalistik seperti yang dia lakoni sampai kini.

Ssst.., Najwa mau break.

Itu reason yang amat bijak, kita mesti mencermati  kata kata pemilik mata indah ini, jangan spekulasi, kepo atau bahkan desperate  frustrate, dan jangan comment yang norak. Jeda diperlukan untuk kembali lagi dengan cakrawala baru, melakukan retreat untuk mereview suatu periode hidup yang baru saja dilakoni, guna memperoleh pencerahan dan pasion yang sebelumnya meredup atau depress. Contoh yang simple adalah bila kita kerja seharian tanpa istirahat atau break, maka kita akan kelenger.

Mata Najwa konsisten dengan bottom line mengusung keberpihakan masyarakat madani, dengan topik hangat menarik dan narasumber berkelas satu  atau narasumber yang genuine yang direkayasa menjadi komprehensif. Belum lagi tayangan mata najwa spot yang selalu eksklusif. Yang paling poll bahwa setiap episodenya selalu menukik tajam lewat kata dan matanya, membuat narasumber atau guess yang orator, pencitraan, retorik atau yang sejenisnya menjadi kelihatan belangnya.

Jadi friend, figure besarnya menurut ako sih, manusia itu perlu break. Mata Najwa sudah berjalan tujuh tahun dengan 511 episode, dengan berbagai penghargaan dan rating top, serta keharusan naluriah mempertahankan posisi demikian adalah suatu hal yang menjadi lebih berat, depress dan mudah emosional. Tuntutan perfeksionis akan semakin  obses dan menekan , serem juga. Apakah disesudah tujuh tahun tayangan mata najwa tetap begitu saja tanpa diikuti perubahan signifikan yang terjadi di negara besar ini, apakah nantinya mata najwa menjadi tayangan fashion dan passion yang ansich sebagai tontonan tanpa hasil pencerahan di kehidupan nyata. Apakah nantinya mata najwa menjadi tua dan menjadi acara presure relief valve saja dengan kemasan mempertahankan rating seperti lumrahnya media kotak listrik kita.

Masa depan bisa menjadi optimisasi atau kebalikannya, tergantung actual condition tim Mata Najwa dan sang jangkar Najwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun