Oleh Berly Manan
Artificial intelligence (AI) adalah salah satu kemajuan teknologi terbesar di era modern ini. AI merujuk pada kemampuan mesin atau sistem komputer untuk meniru dan memproses tugas-tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia, seperti pemecahan masalah, pembelajaran, pengenalan pola, dan pengambilan keputusan. Seiring berkembangnya teknologi, AI semakin mampu melakukan tugas-tugas yang lebih kompleks dan lebih efisien, yang sebelumnya hanya dapat dilakukan oleh manusia.
Salah satu contoh nyata dari kemajuan AI adalah di bidang otomasi, di mana AI digunakan untuk mengoptimalkan proses produksi, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi biaya operasional. Dalam dunia kesehatan, AI telah digunakan untuk mendiagnosis penyakit, menganalisis data medis, serta membantu dalam pengembangan obat-obatan. AI juga berperan besar dalam kendaraan otonom, yang memungkinkan mobil untuk mengemudi sendiri dengan menggunakan algoritma pembelajaran mesin dan sensor canggih.
Lebih lanjut, kemajuan AI juga mempengaruhi kehidupan sehari-hari, seperti asisten virtual, aplikasi penerjemah bahasa, hingga sistem rekomendasi produk di platform e-commerce. Dengan terus berkembangnya kecerdasan buatan, AI berpotensi untuk menghadirkan solusi baru di pelbagai sektor, meningkatkan kualitas hidup, dan membuka peluang inovasi yang tak terbatas. Secara keseluruhan, AI bukan hanya sebuah teknologi canggih, tetapi juga sebuah lompatan besar dalam dunia digital yang mengubah cara kita bekerja, berinteraksi, dan bahkan berpikir. Sebagai sebuah kemajuan teknologi, AI membawa potensi besar untuk menciptakan masa depan yang lebih efisien dan lebih terhubung.
Meskipun artificial intelligence (AI) membawa banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, kemajuan teknologi ini juga menimbulkan tantangan baru, terutama dalam hal keamanan dan etika. Salah satu dampak negatif yang semakin nyata adalah munculnya bentuk-bentuk kejahatan baru yang didorong oleh AI. Kejahatan ini sering kali lebih canggih dan sulit dideteksi, mengingat kemampuan AI untuk menganalisis data besar dan menjalankan algoritma yang kompleks dengan sangat cepat.
Salah satu bentuk kejahatan baru yang terkait dengan AI adalah cybercrime atau kejahatan dunia maya yang semakin berkembang. AI dapat digunakan untuk menciptakan serangan siber yang lebih efisien, seperti malware yang mampu beradaptasi atau bahkan serangan phishing otomatis yang lebih meyakinkan. Misalnya, dengan menggunakan teknologi pembelajaran mesin, pelaku kejahatan dapat membuat serangan yang lebih sulit dikenali oleh sistem keamanan tradisional atau bahkan memanipulasi data untuk tujuan penipuan.
Selain itu, AI juga dapat dimanfaatkan untuk menciptakan deepfake---video atau audio palsu yang tampak sangat realistis. Teknologi ini dapat digunakan untuk menyebarkan informasi palsu, merusak reputasi individu, atau bahkan memanipulasi opini publik. Dalam beberapa kasus, deepfake ini digunakan untuk kejahatan seperti pemerasan, manipulasi politik, atau penyebaran kebencian di media sosial.
Pada saat situasi politik seperti ini, terkadang berbagai macam dilakukan agar elektabilitas meningkat, salah satunya dengan memanfaatkan deepfake video yang dibuat menggunakan AI untuk menjelekan bahkan menjatuhkan pihak lawan. Sebagai contoh, foto pasangan calon dimasukan ke dalam website AI, kemudian diedit agar seolah-olah seperti video yang berbicara terkait hal-hal yang dapat merugikan, atau dibuat dengan foto tidak senonoh, tentu hal tersebut akan sangat merugikan pihak korban deepfake video tersebut sehinigga citra dari lawan politik tersebut akan rusak dan mengurangi elektabilitas lawan pasangan calon.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H