Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tahu Campur, Kuliner Sehat yang Harganya Merakyat

27 Januari 2016   17:16 Diperbarui: 27 Januari 2016   19:05 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Begini penampakan Tahu Campur Salatiga (foto; bamset)"][/caption]Kota Salatiga selain dikenal sebagai kota yang ramah, ternyata masih banyak dijumpai kuliner sehat namun harganya sangat merakyat. Salah satunya adalah Tahu Campur, perpaduan sayuran, tahu goreng, lontong dan sambal kacang tersebut mampu menyehatkan tubuh serta kantong penggemarnya.

Ya, menu satu ini jarang ditemui di rumah makan maupun resto di Salatiga. Kuliner yang konon sudah ada sejak zaman Belanda tersebut, hanya dijajakan di warung kaki lima dan gerobak dorong yang berkeliling sepanjang jalan. Bagi para vegetarian, nampaknya Tahu Campur bisa menjadi alternatif makan siang. Begitu pun untuk mahasiswa yang terlambat mendapatkan kiriman, maka Tahu Campur akan jadi pilihan.

Tahu Campur sebenarnya merupakan kolaborasi antara sayuran kol, kecambah, tahu goreng, lontong, daun seledri, tempe goreng, bakwan goreng sambal kacang dengan taburan bawang goreng plus karak (kerupuk gendar). Untuk menambah nikmat saat menyantapnya, tambahkan cabe 5 atau 6 biji, hasilnya? Pedas abis… hingga membuat kening berkeringat. Berapa harga seporsi kuliner ini? Hanya Rp 6 ribu! Benar, saya tak salah menyebutkan. Tahu Campur gerobak Rp 6 ribu, sedang yang mangkal di warung kaki lima Rp 7 ribu.

[caption caption="Tahu Campur pak Min yang dikelola lebih profesional (foto: bamset)"]

[/caption]Untuk menyajikan seporsi Tahu campur, semua pedagang tak butuh waktu berlama-lama. Hanya perlu 5 menit, hidangan sehat tersebut sudah tersaji. Pelayanan ini telah berjalan sejak lama, jauh sebelum ada rumah makan cepat saji, mereka sudah melakukannya. Dengan begitu, kuliner tersebut sangat cocok bagi seseorang yang tengah mengalami situasi darurat (kelaparan), sebab, dalam tempo singkat, mampu disajikan. Dan yang paling penting, murah meriah, dijamin kenyang.

Di Salatiga, terdapat puluhan warung kaki lima yang menyediakan Tahu Campur, demikian pula dengan pedagang yang keliling dengan gerobaknya, sedikitnya ada 30 unit gerobak. Untuk pedagang Tahu Campur keliling, mayoritas didominasi warga Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali yang merantau ke Salatiga. Sedang penjual kuliner rakyat ini yang paling lagendaris adalah Pak Trimo, warga Jangkungan, Mangunsari, Sidomukti, Kota Salatiga. Sayangnya, sekarang sudah berhenti karena usianya telah menginjak 80-an tahun.

Menurut ceritanya, Pak Trimo mulai menjajakan Tahu Campur dengan gerobaknya sejak masih bujangan di tahun 1950-an. Saat dalam perbincangan, ia mengaku saat itu harga per porsi hanya Rp 2,5;-. Artinya, bila pelanggan menyodorkan uang Rp 5;-, maka ia akan memberikan kembalian sebesar Rp 2,5;-. “Sampeyan belum mengalami Mas, jaman dulu ada pecahan Rp 2,5;-, orang menyebutnya seringgit,” ujarnya.

Hingga perjalanan waktu, terakhir di tahun 2014 Pak Trimo mematok harga Tahu campurnya menjadi Rp 5 ribu seporsi. Sekarang, setelah ia berhenti berdagang, Tahu Campurnya diteruskan oleh salah satu keponakannya yang membuka warung kaki lima di lapangan Panca Sila Salatiga. Sedang sosok lain yang konsisten berdagang kuliner ini adalah Pak Min yang memulai usahanya di depan Kolam Renang Kalitaman.

Tahu Campur Pak Min yang seporsinya seharga Rp 7 ribu, lebih getol mengembangkan “bisnis” kuliner ini dibanding Pak Trimo. Sekarang, “outlet” Tahu Campur Pak Min ada di empat lokasi. Selain di Kalitaman, terdapat di Jalan Patimura, Jalan Diponegoro, dan kawasan Tingkir. Semuanya dikelola oleh kerabat, keponakan maupun anak Pak Min. Karena memang murah meriah, tak heran bila semua “outlet” nya selalu dipenuhi pelanggan.

[caption caption="Gerobak Tahu Campur yang mangkal di Pasar Raya II (foto: bamset)"]

[/caption]

Tak Kenal Kosa Kata Krisis

Menelisik keberadaan Tahu Campur di Salatiga cukup menarik. Pasalnya, kendati di kota lain juga ada menu sejenis, namun, yang beredar di Salatiga lebih spesifik yang mempunyai cita rasa tersendiri. Hanya butuh waktu tiga menit untuk menemukan salah satu pedagang gerobak yang tengah berkeliling. Namanya Samuri, usianya sudah 45 tahun. Bersama rekan sekampungnya, ia telah berdagang selama 20 tahun tepatnya tahun 1995.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun