Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nenek Usia 100 Tahun Ini Bertahan di Rumah Bobrok

22 Januari 2020   16:18 Diperbarui: 22 Januari 2020   16:19 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbah Rumi kesehariannya hanya mampu berbaring (foto: dok pri)

Mbah Rumi (begitu biasa dipanggil), warga Dusun Banjaran Gunung RT RW , Desa Cukilan, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, tahun ini usianya sudah menginjak 100 tahun. Ironisnya, nenek yang dibelit kemiskinan tersebut, bertahan di rumah bobrok dalam kondisi lumpuh. Seperti apa deritanya, berikut catatannya.

Seperti galibnya anak perempuan tempo dulu, namanya singkat, Rumi tanpa embel- embel apa pun.Kendati dirinya merupakan warga asli Dusun Banjaran Gunung, namun, namanya tak tercatat di pemerintahan desa setempat. Artinya, bantuan apa pun rasanya mustahil ia dapatkan walau hidupnya sangat menderita.

Keberadaan mbah Rumi, diketahui oleh salah satu personil Relawan Lintas Komunitas (Relintas) Kota Salatiga. Hingga akhirnya, dilaporkan pada Bambang Setyawan selaku penanggungjawab komunitas sosial itu. " Data awal yang masuk menyebutkan, ada nenek berusia 125 tahun yang hidupnya sangat mengenaskan," kata Bambang Setyawan , Rabu (22/1).

Mendengar informasi itu, bersama sekitar 20 relawan lainnya, Bambang Setyawan yang biasa disapa Bamset, segera melakukan pengecekan ke desa yang berjarak sekitar 20 kilo meter dari Kota Salatiga tersebut. Hasilnya ? Di luar faktor usia, ternyata benar adanya. Kondisi nenek Rumi terlihat kurus dan mengalami kelumpuhan.

Mbah Rumi tengah ngobrol dengan salah satu relawan (foto: dok pri)
Mbah Rumi tengah ngobrol dengan salah satu relawan (foto: dok pri)

Sedangkan rumah yang dihuninya, duh...sangat memperihatinkan. Rumah berukuran 4 X 6 meter, berdinding anyaman bambu lapuk yang dilapisi plastik untuk menahan udara dingin agar tak menerobos ke dalam. Berlantai tanah, sedangkan bagian kuda- kudanya sudah disantap rayap. Bila tidak segera dibenahi, bisa- bisa ambruk terkena guyuran hujan.

Dulunya, mbah Rumi hidup sendiri di rumah yang lahannya menumpang salah satu keponakannya. Sehari- hari, ia mencari rejeki dengan cara membuat sapu lidi. Dua orang anaknya tinggal di Kota Semarang dan Palembang, otomatis setiap saat sang nenek didera kesendirian.

Hingga empat tahun silam, mbah Rumi mulai sakit- sakitan. Puncaknya, ia mengalami kelumpuhan yang memaksa putri sulungnya yang bernama Karni (56) pulang kampung untuk merawatnya. Karena kondisinya makin memburuk, Karni pun kelimpungan. Pasalnya, mulut ibunya sudah tak sanggup mengunyah nasi. " Saya memberinya makan bubur instan dan minum susu sachetan," ungkap Karni.

Seperti ini kondisi rumah mbah Rumi (foto: dok pri)
Seperti ini kondisi rumah mbah Rumi (foto: dok pri)

Rumah Akan Diperbaiki

Untuk menyambung hidup, Karni mulai belajar membuat keranjang ikan asin  berbahan bambu. Dalam sehari maksimal mampu dibuat 100 buah, dihargai Rp 12.000. Lantas dari mana duit buat membeli bubur instan, susu mau pun pampers ? " Kadang dibantu oleh warga sini, meski tak saban hari," jelasnya.

Keranjang ikan asin buatan Karni yang dihargai Rp 12.000 (foto: dok pri)
Keranjang ikan asin buatan Karni yang dihargai Rp 12.000 (foto: dok pri)

Dengan penghasilan Rp 12.000 perhari, otomatis Karni kepontal- pontal dalam merawat ibunya. Sebab, penggunaan pampers saja sehari selembar. Belum lagi bubur instant serta susu bubuknya. " Ke depan, kebutuhan bubur, susu dan pampers akan dihandle Relintas. Sedangkan jatah bulan ini akan segera kami kirim," kata Bamset.

Karni, putri mbah Rumi yang sekarang setia merawatnya (foto: dok pri)
Karni, putri mbah Rumi yang sekarang setia merawatnya (foto: dok pri)

Masih di tempat yang sama, berdasarkan diskusi singkat para relawan, akhirnya diputuskan bahwa hari Minggu (26/1)  mendatang, rumah mbah Rumi akan diperbaiki. Seluruh dinding yang berbahan anyaman bambu bakal dilepas, selanjutnya diganti kalsiboard yang tentunya lebih menghangatkan di musim hujan.

Terkait hal itu, Bamset langsung menemui Gimin (60) selaku pemilik lahan, bagusnya Gimin yang merupakan keponakan mbah Rumi tanpa berbelit mendukung perbaikan rumah tersebut. Langkah ini ditempuh karena mbah Rumi tak mungkin mendapatkan bantuan dari pemerintah, sebab, ia sama sekali tidak memiliki dokumen kependudukan secuil pun. Satu- satunya KTP yang dimilikinya merupakan keluaran tahun 1973 beralamatkan Kabupaten Grobogan.

Bamset menyerahkan bubur instant dan susu bubuk (foto: dok pri)
Bamset menyerahkan bubur instant dan susu bubuk (foto: dok pri)

Selang sehari paska pengecekan informasi, Bamset kembali mendatangi rumah mbah Rumi, di mana selain membawakan paket bubur instant dan susu untuk stock 1 bulan, ia juga menghitung kebutuhan material.  Bila tak ada aral melintang, hari minggu depan, Relintas akan mewujutkan rumah layak huni bagi nenek uzur itu. " Ibaratnya usia beliau tengah antre menunggu panggilan, ga ada salahnya kami memberikan sedikit kebahagiaan," ungkap Bamset.

Menurut Bamset, perbaikan rumah mbah Rumi bukanlah bedah rumah, sebab selama musim hujan, program bedah rumah di Relintas sementara waktu dihentikan dan diganti dengan program perbaikan. Perbedaannya, bila bedah rumah relawan harus membangun mulai nol, sedangkan perbaikan hanya mirip renovasi. " Ini memang hanya langkah kecil, namun , tidak semua orang mau melakukannya," jelasnya. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun