Sekitar 10.000 umat kristiani di Kota Salatiga, Selasa (25/12) menggelar ibadah (kebaktian) Natal bersama di lapangan Pancasila. Kendati semalaman kota ini diguyur hujan, namun memasuki pagi, cuaca terang benderang. Seperti apa berlangsung ibadah umat nasrani tersebut, berikut catatannya untuk Indonesia.
Seperti pada tahun- tahun sebelumnya, 96 Gereja yang tergabung dalam Badan Kerjasama Gereja Salatiga (BKGS), setiap tanggal 25 Desember mau pun pas perayaan Paskah, selalu menggelar prosesi ibadah bersama di lapangan Pancasila yang mampu menampung sekitar 15 ribu orang. Untuk natal yang sekarang, mengusung tema "Yesus Kristus Hikmat Bagi Kita".
Sejak pukul 03.00 WIB, ribuan warga Kota Salatiga pemeluk agama Kristen mau pun Katholik telah mulai berdatangan ke lapangan yang terletak di tengah kota tersebut. Kendati biasanya ibadah Natal baru dimulai pukul 04.00 WIB, namun, sepertinya mereka memilih berangkat lebih awal agar mendapatkan ruang kosong. Maklum, peserta ibadah memang duduk lesehan.
Salah satu warga Nanggulan, yakni Rina Harjani dan putrinya yang bernama Stephani Agnes mengaku, mereka sengaja berangkat lebih awal karena menginginkan mendapat tempat di depan. "Rasanya lebih khusuk kalau berada di barisan depan," kata Rina yang tak pernah absen mengikuti ibadah Natal bersama tersebut.
Apa yang diungkapkan Rina benar adanya, Kota Salatiga yang jumlah penduduknya mencapai sekitar 200.000 orang, populasinya yang beragama Islam mencapai 75 persen, sedangkan sisanya merupakan pemeluk Kristen, Katholik, Budha , Hindu dan Konghucu. Meski begitu, toleransi masyarakatnya layak diacungi jempol. Sehingga, tahun 2018 kembali dinobatkan menjadi Kota Paling Toleran versi Setara Institute.
Salatiga memang unik, keberadaan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dan beberapa perguruan tinggi lainnya, membuat kota ini ditinggali oleh 23 suku. Ribuan mahasiswa berdatangan untuk menuntut ilmu, mereka berbaur dengan masyarakat setempat. Bahkan, banyak yang mendapatkan jodohnya di kota kecil ini.
Berbaurnya 23 suku yang ada di kota Salatiga, memang terkadang menimbulkan gesekan tersendiri. Kendati begitu, belum pernah terjadi letupan besar akibat silang pendapat antar warga. Gesekan- gesekan kecil, biasanya mampu diredam tanpa melibatkan aparat keamanan setempat.
Wali Kota Salatiga Yuliyanto yang ikut hadir dalam kebaktian Natal bersama, berharap agar Kota Salatiga menjadi parameter bagi kota-kota lainnya dalam menjunjung hak asasi manusia. Terkait hal tersebut, perayaan Natal tak sekedar dijadikan seremonial belaka, namun juga mampu menyampaikan pesan perdamaian.
Yuliyanto sendiri, saat menutup sambutannya sempat menyanyikan lagu berjudul "Damai Bersama-Mu". Di mana, lagu yang syairnya memang mengupas sisi kemanusiaan itu, ketika Wali Kota menyanyi, jemaat yang hadir ikut bernyanyi. Bak dikomando, alunan lagu terdengar secara berjamaah.