Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kami Memang Bukan Sinterklas, tapi....

24 Desember 2018   17:26 Diperbarui: 25 Desember 2018   09:31 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbah Surip duafa tuna netra yang merayakan Natal (foto: dok pri)

Menjelang perayaan hari Natal 2018, para personil Relawan Lintas Komunitas (Relintas) Kota Salatiga yang saban dua minggu membagikan puluhan paket sembako untuk kaum duafa di Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali tetap merealisasikan agendanya. Seperti apa perjalanan mereka menembus pelosok pedesaan, berikut catatannya.

Relintas yang merupakan salah satu komunitas sosial di Kota Salatiga, sepertinya enggan melewatkan hari liburannya dengan mengabaikan para duafa yang sudah menjadi orang tua asuhnya. Minggu (23/12) pagi, mereka membagikan 16 paket sembako dan bingkisan Natal, baik di Kota Salatiga sendiri, Kabupaten Semarang serta Kabupaten Boyolali.

Kebetulan, dalam kesempatan ini, duafa yang memperoleh bantuan merupakan duafa katagori satu, yakni orang yang saban dua minnggu sekali diberikan donasi sembako senilai Rp 100.000. " Di luar katagori satu, terdapat duafa katagori dua yang hanya menerima bantuan paket sembako satu kali dalam sebulan," kata Bambang Setyawan, penanggungjawab Relintas.

Sebagian amunisi untuk duafa yang harus dibagikan (foto: dok pri)
Sebagian amunisi untuk duafa yang harus dibagikan (foto: dok pri)
Pengertian duafa katagori dua, lanjut Bambang Setyawan yang biasa disapa Bamset ini, adalah duafa yang masih menerima bantuan pihak lain atau bisa mencari nafkah kendati hasilnya pas- pasan. Total dalam satu bulan, biasanya Relintas mendistribusikan sekitar 45 paket sembako. " Sembako- sembako itu merupakan donasi dari para hamba Allah," ungkap Bamset.

Karena jelang Natal yang didistribusikan hanya 16 paket, maka relawan dibagi menjadi 3 tim. Tim 1 dipimpin Amini, relawan asal Boyolali, tim 2 digawangi Agong Wee dan tim 3 dikomandani Bamset sendiri. Karena cuaca mendung, otomatis medan paling berat harus ditempuh tim 1. Pasalnya, untuk menjangkau wilayah Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali perlu melalui perjalanan sejauh 25 kilometer.

Pk 09.00 seluruh tim sudah bergerak ke sasaran masing- masing, di sinilah mulai muncul haru biru yang muncul secara spontan di antara relawan dengan duafa yang ditemui di rumahnya. Saat tim 2 masih dalam perjalanan, tim 2 telah berada di kediaman Markamah (75) warga Dusun Gading RT 1 RW 2, Desa Tuntang, Kabupaten Semarang. Perempuan renta yang tuna netra tersebut, kesehariannya hidup bersama kakak iparnya bernama Kasmi (80).

Markamah duafa tuna netra yang hidup dengan kakak iparnya (foto: dok pri)
Markamah duafa tuna netra yang hidup dengan kakak iparnya (foto: dok pri)
Menurut Agong, dalam rumah mungil ini kerap terjadi kelucuan, pasalnya Markamah tuna netra, sedangkan Kasmi yang mampu melihat namun pendengarannya sudah tak berfungsi. " Mereka sering saling ngeyel, karena mbah Kasmi bisa menyampaikan apa yang dilihatnya tapi saat ditanya balik tidak nyambung, sebaliknya mbah Markamah kendati tak mampu melihat,namun bisa mendengar dengan baik namun sering keliru dalam mendiskripsikan sesuatu," kata Agong.

Empati Permanen

Tim yang dipimpin Agong sendiri, selanjut bergerak ke rumah Samini (65) duafa yang tinggal di Sikunir RT 5 RW 7, Berkas Lor, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Kendati hanya 1 paket yang perlu diantar, mereka tetap menempuh perjalanan hampir 20 kilometer. Sebab, terjadi kemacetan libur Natal, sehingga mereka memilih lewat jalur Bandungan (memutar).  " Tak masalah, yang penting bu Samini bisa tersenyum, " ungkap Agong yang tubuhnya penuh tatto tersebut.

Sementara Agong meneruskan perjalanan, tim yang dipimpin Bamset menemui Tumini (70) warga Dusun Karang Tengah RT 3 RW I, Desa Karang Tengah, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Perempuan duafa yang sejak dua tahun belakangan menjadi tuna netra  dan hidup di kamar berukuran 2,5 X 4 meter itu, berulangkali mengguyur relawan dengan berbagai doa.

Tumini duafa tuna netra yang hidup sebatangkara (foto: dok pri)
Tumini duafa tuna netra yang hidup sebatangkara (foto: dok pri)
Selanjutnya, tim 3 terus bergerak dari satu rumah duafa ke duafa lainnya di Desa Kadirejo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang. Kebetulan, di desa ini, terdapat tiga orang duafa yang masuk sasaran katagori satu. Setelah semuanya tereksekusi, tim meneruskan ke Kota Salatiga untuk membagikan bingkisan Natal bagi duafa yang beragama Nasrani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun