Jejak masa kejayaan kerajaan Hindu yang pernah menguasai wilayah Kabupaten Semarang, sepertinya banyak tertinggal di berbagai desa di Kecamatan Tuntang. Sayangnya, benda- benda cagar budaya berupa Yoni mau pun bebatuan lainnya mayoritas terlantar dan terabaikan.
Jumat (13/10) sore, saya sengaja merunut keberadaan beragam bebatuan sisa peradaban masa lalu itu. Kendati tak semuanya tertelusuri, namun sedikitnya terdapat tiga titik di dua desa, yakni Candirejo dan Kalibeji berhasil terendus. Yoni pertama yang dijumpai berada di semak belukar di sebelah timur Desa Candirejo yang berbatasan langsung dengan Kota Salatiga.
Yoni yang beratnya mencapai sekitar 1 ton itu, teronggok di antara belukar yang biasa disebut Gumuk Mejid. Tak nampak adanya relief apa pun, saat didekati, tercium aroma spesifik yakni pesing. Di bagian tengahnya, seperti galibnya Yoni pada umumnya, terdapat lubang berisi air hujan. Ironisnya, pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) juga tidak memasang pengumuman yang meligitimasi benda tersebut merupakan benda cagar budaya yang wajib dilindungi.
Seorang warga yang kebetulan melintas, sempat menjelaskan bahwa pihak pemerintah kabupaten (Pemkab) Semarang melalui Bupati Mundjirin awal tahun ini pernah berencana mendirikan museum purbakala yang berlokasi di bangunan eks kantor Kawedanan yang terletak di Desa Candirejo, Tuntang. Bila hal tersebut terealisasi, bisa dipastikan beragam bebatuan itu bakal terawat dan terselamatkan. Sayang, kendati rencana pendirian museum bakal direalisasikan tahun 2017, namun, hingga sekarang belum terlihat tanda- tanda akan dieksekusi.
Berjarak sekitar 3 kilometer dari Desa Candirejo, tepatnya di Dusun Cebur, Kalibeji, Kecamatan Tuntang penelusuran berhasil menemukan Yoni berbahan batu andesit yang berada di depan rumah warga. Berbeda dengan yang ada di Candirejo, Yoni ini relatif terawat karena berada pihak terkait membangun gazebo untuk melindunginya. " Bangunan ini juga belum lama berdiri, sebelumnya ya hanya tergeletak begitu saja," kata Sriyatun (69) warga setempat yang tinggal di depan Yoni.
Usai mendengar penuturan Sriyatun, tanpa membuang waktu saya segera menuju ke pemakaman yang dimaksud. Di lokasi memang terdapat dua makam yang berbeda dibanding makam lainnya, di mana selain permukaannya lebih tinggi, di sekelilingnya terlihat bebatuan berbentuk kotak yang tertata rapi. Mungkin yang dimaksud makam sesepuh desa adalah ini, sebab, secara kasat mata nampak istimewa.