Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tiga Pendaki Akan Hidup 100 Hari di Gunung Merbabu

19 Juli 2017   17:03 Diperbarui: 21 Juli 2017   09:26 23196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raka sang pemimpin ekspedisi di depan BCT (foto: dok pri)

Tiga orang pendaki asal Kota Salatiga, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Gunung Kidul, DIY, mulai Kamis (20/7) akan melakukan pendakian di gunung Merbabu. Eloknya, mereka bakal hidup di puncak dengan ketinggian 3142 mdpl selama 100 hari tanpa putus guna melaksanakan beragam kegiatan pelestarian alam.

Tiga pejuang lingkungan yang terdiri atas Raka Metta Wantoro warga Mangunsari, Sidomukti, Kota Salatiga, Bayu Ramadhon warga Tambakromo, Panjong, Kabupaten Gunung kidul dan Dani Adi Kusuma warga Desa Klepu, Pringapus, Kabupaten Semarang diketahui merupakan para pendaki tangguh. Dalam aktifitas tanpa sponsor ini, mereka berencana melakukan restorasi Ketheng Songo, sosialisasi pendakian berikut konservasi, upacara HUT Kemerdekaan RI dan upacara Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 2017 mendatang.

Perihal rencana nekad tiga pendaki ini, dibenarkan oleh Bento, Ketua Base Camp Thekelan (BCT) yang juga Ketua Komunitas Peduli Putra Syarif (Komppas) Dusun Thekelan, Batur, Getasan, kabupaten Semarang. "Ya, proposal mereka sudah kami terima sejak bulan Juni lalu. Mereka sekarang juga sudah berada di BCT untuk persiapan pendakian besok Kamis," jelasnya.

Raka sang pemimpin ekspedisi di depan BCT (foto: dok pri)
Raka sang pemimpin ekspedisi di depan BCT (foto: dok pri)
Bento yang juga seorang pendaki senior, menjelaskan, kendati hanya tiga personil yang akan bertahan hidup selama 100 hari di puncak Merbabu, namun, diyakini kegiatan positif tersebut bakal mendapatkan dukungan dari para pendaki lainnya. Apa lagi, dalam hal restorasi bebatuan Kentheng Songo mau pun konservasi alam di gunung, nyaris semua pendaki pasti meresponnya. " Saat ini, bantuan logistik guna bertahan hidup di puncak sudah mulai berdatangan," ungkapnya.

Mengutip proposal yang diajukan ke BCT, lanjut Bento,  agenda tiga pendaki selama 100 hari meliputi restorasi (pengumpulan batu Kentheng Songo), upacara dua hari nasional, konservasi berbagai jenis tanaman, konservasi beragam binatang, konservasi jalur pendakian, perbaikan sanitasi air, pembenahan tanda penunjuk arah hingga sosialisasi terhadap para pendaki agar tak membuang sampah sembarangan, menebang pohon, teknik resque dan etika pendakian.

"Kami dari BCT mau pun Komppas, nantinya akan melakukan pengawalan. Rencananya, setiap bulan kami bakal naik ke puncak untuk memantau kondisi tiga pendaki sekaligus mengirim logistik," kata Bento sembari menambahkan pihaknya juga menjalin kerja sama dengan Anak Gunung Merbabu Merapi (AGMM) Korwil Kota Salatiga.

Terkait dengan dukungan logistik, jelas Bento, pihaknya tidak mengharamkan bantuan dari pihak mana pun. Untuk itu, segala bentuk bantuan bisa disalurkan melalui BCT dan nantinya akan dikirim ke puncak Merbabu. Selama 100 hari ke depan, relawan Komppas siap menerima siapa pun yang berkenan mendonasikan sembako.

Bayu yang jadi pejuang pendukung (foto; dok pri)
Bayu yang jadi pejuang pendukung (foto; dok pri)
Misteri Kentheng Songo

Kentheng Songo sendiri, sebenarnya merupakan lokasi paling favorit bagi pendaki gunung Merbabu. Sebab, selain lokasinya berada di puncak, terdapat misteri yang menyelimutinya. Di mana, terdapat empat batu berlobang yang biasa disebut sebagai Watu Kentheng,yang sepintas terlihat hanya memiliki empat lobang. Padahal, sebenarnya memiliki Sembilan lobang sehingga dinamakan Kentheng Songo.

Sering ada kejadian- kejadian yang tidak lazim yang dialami  para pendaki yang membuat camp di puncak Kentheng Songo dari kejadian fatamorgana sampai terdengar suara keramaian di puncak. Padahal, secara kasat mata tak terlihat seorang pendaki pun. Sehingga, kalangan pendaki biasanya tidak berani gegabah saat berada di lokasi ini. "Ya etikanya memang di Merbabu tidak boleh sesumbar tentang apa pun," kata Bento.

Dani sudah siap mental dan fisiknya (foto: dok pri)
Dani sudah siap mental dan fisiknya (foto: dok pri)
Untuk menuju puncak yang lazim disebut sebagai negeri di atas awan ini, pendaki harus melalui BCT menuju  pos Pending. Hingga tiba di  cerukan batu besar yang dapat digunakan sebagai tempat berlindung dari badai sewaktu malam bernama  Watu Gubug biasanya pendaki akan  melepas penat sebentar. Setelah melewati pos pemancar, maka pemandangan yang luar biasa sudah mulai terlihat. Selanjutnya, sebelum tiba di puncak, maka pendaki wajib menyeberangi jembatan setan. Konon, semua lokasi ini sakral adanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun