Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kristina, Gadis Batak Pejuang Literasi di Papua

20 Juni 2017   16:25 Diperbarui: 7 Juli 2017   16:33 5670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kristina dengan murid- muridnya (foto: dok Kristina)

Kenapa ada embel-embel Ombo di depannya? Jawabnya sederhana, Kristina dibantu dua relawan, yakni Anita siswi kelas 7 di SMP YPPK Satap Bilai dan Uli siswi kelas 4 di SD YPPK Satap Bilai setiap minggu mereka bertiga naik-turun bukit menuju perkampungan sembari membawa buku yang tersimpan di noken. Jarak terdekat 1 kilometer serta terjauh 5 kilometer, ini jarak yang relatif mudah dijangkau bila melalui jalan aspal. Sedangkan jalan yang dilalui Kristina, Anita bersama Uli adalah medan terjal penuh tebing curam.

Murid SD dan SMP berada di OPIJ (foto: dok Kristina)
Murid SD dan SMP berada di OPIJ (foto: dok Kristina)
Perjuangan Kristina dibantu Anita dan Uli mungkin masih mudah dilalui versi mereka bertiga, namun, ketika hujan jatuh ke bumi, alamat para pejuang literasi ini harus jatuh bangun akibat terpeleset di jalan setapak. Kendati Anita serta Uli jago menghindari tanah liat, tetapi karena membawa beban lumayan berat,  kelincahan kakinya kerap kesulitan menahan keseimbangan.

Di luar hari Minggu, OPIJ tetap buka seperti biasa. Pada jam-jam istirahat belajar di SD maupun SMP, Kristina selalu menyuruh anak-anak membaca beragam buku. Sementara Anita kerap membantu membacakan buku bagi anak-anak yang belum mampu membaca. "Di sini, melihat antusiasme anak-anak menyimak beragam buku, ada kebahagiaan tersendiri bagi saya. Kebahagiaan itu tak tertebus oleh apa pun," ungkap Kristina.

Ini juga anak bangsa yang butuh bacaan (foto: Kristina)
Ini juga anak bangsa yang butuh bacaan (foto: Kristina)
Menurut Kristina, koleksi buku di OPIJ hingga sekarang masih sangat jauh dari ideal. Sebab, saat awal berdiri jumlahnya hanya 503 eksemplar, sekarang menjadi 540 eksemplar. Padahal, yang dibutuhkan, minimal ada 15.00 eksemplar buku. Untuk itulah, ia berharap agar para pecinta literasi di seluruh Indonesia bersedia mendonasikan bukunya ke OPIM yang beralamat di SD-SMP YPPK Satap Bilai, Kampung Bilai, Distrik Homeyo, Kabupaten Intan Jaya, Papua KP 98767.

Bagaimana bila seseorang punya buku, namun tidak memiliki uang untuk membayar biaya paket? Jangan khawatir, Presiden Joko Widodo sudah mengeluarkan beleid pendukung literasi. Sumbangan buku bisa dikirim setiap tanggal 17 tanpa dikenai biaya apa pun. Syaratnya, pengiriman melalui PT Pos Indonesia, berat maksimal 10 kilo gram dan di bungkusnya harus tertulis BERGERAK.

Itulah catatan tentang gadis Batak yang ingin mencerdaskan anak-anak Papua, Kristina terus bergerak demi literasi. Seperti pesan Nirwan Arsuka, terisolasi bukan berarti jadi penghambat. Tak heran bila ia sanggup naik-turun bukit hanya demi anak-anak yang dahaga bacaan. Pertanyaannya, apa yang sudah kita perbuat untuk Papua? Kalau belum, kiranya dengan langkah kecil, yakni mendonasikan buku ke sana, berarti Anda telah melakukan sesuatu yang mulia. Salam literasi! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun