Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Belajar Menulis dari Gaya Selingkung Tertua

1 Februari 2023   08:54 Diperbarui: 1 Februari 2023   17:00 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Chicago Manual of Style (Foto: Bambang Trim)

Harga eceran yang tertera di jaket bagian belakang buku itu adalah  RM370,83. Jika dikonversi ke rupiah, sekira Rp1,3 juta. Mungkin sangat mahal untuk sebuah buku, tetapi harga yang pantas untuk kandungan ilmu dan pengetahuan di dalamnya. 

Saya menimbang-nimbang juga saat menemukannya di toko buku Kinokuniya yang legendaris di dalam gedung pertokoan menara KLCC, Kuala Lumpur.

Warabuku (blurb) pada kover belakang tertulis bahwa lebih dari 1,5 juta kopi buku ini telah terjual. Disebutkan pula bahwa buku ini merupakan buah karya dari hasil kebijakan dan kebajikan praktis editorial serta kekayaan pengalaman industri (penerbitan) dari para staf The University of Chicago Press dan penasihat penerbitan selama lebih dari 110 tahun. 

Alhasil, buku ini memuat semua jawaban yang diperlukan oleh penulis, editor, dan penerbit, terutama di bidang penulisan dan penerbitan karya ilmiah.

Buku setebal lebih dari 1.100 halaman ini (lebih dari 2.000 paragraf pranala) adalah Chicago Manual of Style (CMOS) yang sudah diterbitkan dalam edisi ke-17 pada tahun 2017. Inilah yang disebut sebagai buku panduan gaya selingkung (in-house style book). Dalam penelusuran saya, CMOS merupakan panduan gaya selingkung tertua yang pernah ada sejak penerbitan berkembang sebagai industri. Setelah itu, baru disusul oleh American Psychological Association Style (APA Style) pada tahun 1929.

Gaya CMOS disusun sejak 1891 ketika The University of Chicago Press mulai "membuka diri" kepada para penulis. Pada saat itu The University of Chicago Press  memiliki ruang sendiri yang mempekerjakan para juru tik berpengalaman untuk mengelola penerbitan ilmiah yang rumit. Naskah dari para profesor mulai dikelola dan diterbitkan.

Buku ini terdiri atas tiga bagian besar, yaitu (1) Proses Penerbitan (The Publishing Process); (2) Gaya dan Penerapan (Style and Usage); (3) Kutipan Sumber dan Indeks (Source Citations and Indexes). Materi buku dibahas per tajuk dengan penomoran berurut pada setiap bab. Setiap tajuk pembahasan diuraikan dalam satu paragraf.

Boleh disebut CMOS merupakan buku rujukan gaya selingkung yang paling banyak digunakan di dunia. Karena itu, saya tak ragu membelinya sebagai panduan tepercaya dan aplikatif dalam penulisan, penyuntingan, dan penerbitan naskah. 

Pendeknya, boleh saya katakan jika seorang penulis atau editor menguasai saja sebagian dari isi buku ini, ia dapat naik level menjadi narasumber atau konsultan penulisan-penerbitan.

Tambahan lagi, di Indonesia tradisi menyusun buku panduan gaya selingkung ini belum mengakar kuat. Hanya segelintir lembaga penerbitan yang memilikinya. Saya sendiri pernah punya pengalaman mendampingi penyusunan buku gaya selingkung untuk IAARD Press (penerbit di bawah Kementerian Pertanian), Lembaga Penerbitan Balitbangkes (Kementerian Kesehatan), dan P2M2 Universitas Terbuka. Penerbit BRIN termasuk yang memiliki buku panduan gaya selingkung walaupun tidak selengkap CMOS.

Justru penerbitan universitas di Indonesia tidak memilikinya. Ini mungkin dapat menjadi perhatian Afiliasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia (APPTI) sebagai wadah dari penerbit universitas. Sewajarnyalah jika APPTI mulai menyusun buku gaya selingkung khas penerbitan ilmiah di Indonesia dengan mengadaptasi juga gaya selingkung induk, seperti CMOS, APA Style, ISO, atau Vancouver. 

CMOS juga dapat diakses secara daring (CMOS online) sehingga jika tidak memiliki bukunya, seorang penulis dapat mengakses apa jawaban yang diberikan CMOS terkait dengan penulisan. Sebagai contoh, banyak penulis yang kini mengutip konten situs web, blog, dan media sosial sebagai sumber tulisan.

CMOS memberi jawaban seperti ini untuk kutipan blog di daftar pustaka/daftar rujukan:

Trim, Bambang. "Mengapa Banyak Dosen Tidak Menulis Buku Sendiri." Penulisan Profesional (blog), Penulispro.id, 15 Januari 2023, https://penulispro.id/blog/mengapa-banyak-dosen-tidak-menulis-buku-teks-sendiri/.

Jadi, CMOS memang bukan tentang bagaimana memulai penulisan atau teknik menulis, melainkan sebuah panduan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul terkait penerapan standar dan kaidah dalam penulisan, terutama untuk karya nonfiksi. Karena itu, gaya selingkung tidak sama dengan gaya penulis (author style). 

Gaya penulis khas dimiliki oleh seorang penulis yang dalam kajian sastra dipelajari sebagai stilistika---Burhan Nurgiyantoro (pakar sastra UGM) menyebut istilah 'stile'.

Penerapan standar dan kaidah dalam penulisan serta penerbitan memungkinkan sebuah karya tulis mudah untuk diidentifikasi. CMOS dalam hal ini membuat panduan standar dan kaidah dalam penulisan-penerbitan buku serta artikel di jurnal ilmiah. 

Acuan seperti Associated Press Style lebih umum digunakan untuk penulisan-penerbitan media massa berkala, seperti koran/majalah. Sebagai contoh baik, di Indonesia pernah terbit buku gaya selingkung penulisan-penerbitan pers oleh The Jakarta Post. 

Mengapa penulisan dan penerbitan memerlukan standar dan kaidah? Bayangkan jika Anda menempuh pendidikan di perguruan tinggi lalu Anda dibebaskan menulis tugas akhir dengan gaya apa pun. Dosen yang memeriksanya pasti klenger. Begitu juga jika sebuah penerbitan universitas membolehkan penulis menulis dengan gaya seenak perutnya, editor bakal dibuat kalang kabut.

Nah, jika Anda berprofesi sebagai penulis buku nonfiksi atau penulis karya tulis ilmiah (KTI), baik sekali menyediakan waktu untuk mendalami gaya selingkung ini dan tentu saja menerapkan. Saya menyarankan untuk menggunakan CMOS jika lembaga penerbit tempat Anda bernaung belum menentukan rujukan gaya selingkung.

Bagi Anda editor di penerbit, bolehlah mengusulkan penyusunan buku gaya selingkung secara khas di penerbit Anda dengan merujuk pada gaya selingkung induk seperti CMOS. Kita memang harus belajar dari mereka yang sudah lebih seabad menyiapkannya. 

Salam insaf!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun