Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengubah Tangisan Menjadi Tulisan

2 Februari 2019   21:12 Diperbarui: 2 Februari 2019   22:52 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tought Catalog/Unsplash

Misteri Tangisan
Berapa tangisan yang terjadi di dalam hidup Anda? Hal yang pasti Anda kali pertama menangis ketika dilahirkan ke dunia ini. Masa kanak-kanak Anda juga pasti dipenuhi tangisan sebagai cara menunjukkan emosi yang paling jitu untuk meminta perhatian.

Bagaimana dengan masa remaja dan dewasa Anda? Tangisan muncul dari dua kutub yaitu kebahagiaan dan kegetiran (penderitaan). Itu yang disebut tangisan emosional---tentu berbeda dengan tangisan karena irisan bawang atau tangisan berpura-pura.

Perempuan atau lelaki pasti pernah menangis meskipun dalam praktiknya lelaki lebih memilih menyembunyikan tangisannya. Bagi banyak lelaki, menangis di depan umum adalah hal yang tabu.

Ada kisah menarik tentang tangisan yang saya kutip dari buku The Extraordinary Healing Power of Ordinary Things karya Larry Dossey. Sebuah kasus yang disebut Dossey mahaaneh pernah terjadi pada seorang wanita di Australia yang berusia 56 tahun. Wanita itu tidak menangis dengan kedua matanya sekaligus, tetapi satu per satu.

Jika ia mengingat ibunya, ia menangis begitu saja hanya dengan mata kanan. Jika ia sedang mengenang sang ayah, bulir air mata keluar dari mata kirinya. Kondisi ini mendapat julukan 'lakrimasi' (proses pembentukan air mata) unilateral bergantian dari sang terapis.

Usut punya usut, wanita itu pernah mengalami pelecehan seksual pada masa kecilnya. Setelah dewasa, ia menderita katatonia (kelainan psikis yang disebabkan oleh ketegangan otot yang tidak wajar) periodik. Pelaku pelecehan seksual itu diduga adalah ayahnya sendiri. Hubungan ini menjadi menarik ketika kejahatan sang ayah terhubung dengan mata kiri---kiri sering diasosiasikan sebagai sesuatu yang buruk/jahat.

Kasus ini menyebabkan sebuah tangisan menjadi misteri yang perlu dipecahkan oleh para ahli. Judy Foreman, kolumnis asosiasi kesehatan menulis artikel berjudul "Sob Story" dengan mengungkap beberapa fakta menarik tentang tangisan, di antaranya sebagai berikut.

  • Sebelum pubertas, frekuensi menangis anak laki-laki sama dengan anak perempuan, Namun, pada usia 18, anak perempuan lebih unggul dalam urusan menangis.
  • Struktur kelenjar air mata pria berbeda dengan wanita, tetapi tidak ada yang tahu apa sebabnya.
  • Orang dewasa menangis tiap dua belas episode mengharukan.
  • Air mata emosional lebih kaya protein dibandingkan air mata akibat pedih, misalnya ketika mengiris bawang.
  • Air mata emosional dan akibat pedih sama-sama mengandung mangan (Mg) tiga puluh kali lebih banyak dibandingkan yang terdapat dalam darah. Hal ini menunjukkan bahwa air mata dapat berfungsi membersihkan tubuh dari racun.

Ilmuwan lain, William Frey II, peneliti air mata terkemuka dari Ramsey Medical Center, mengungkap fakta lain. Ia setuju bahwa tangisan berfungsi penting dalam hidup manusia. Dari hasil riset bersama koleganya terhadap sekelompok orang, Frey menemukan bahwa wanita mengalami tangisan emosional sebanyak 94 persen dalam sebulan dan pria hanya 55 persen.

Sebanyak 83% wanita yang menangis merasa lebih baik dan lebih lega setelah menangis dengan leluasa, sedangkan pria sebanyak 73% merasakan hal yang sama. Lamanya durasi tangisan antara wanita dan pria tidak berbeda, tetapi cara menangisnya berbeda. Wanita lebih banyak mengeluarkan bunyi ketika menangis, sedangkan pria tidak.

Frey juga mendapati data bahwa wanita rata-rata menangis 5,3 kali per bulan, sedangkan pria 1,4 kali per bulan. Selain itu, ditemukan fakta bahwa air mata akibat mata pedih mengandung 98% air, sedangkan air mata emosional lebih banyak mengandung racun. Itu sebabnya fungsi menangis adalah mengeluarkan racun yang tak perlu dari dalam tubuh.

Jadi, tangisan bukanlah wujud kelemahan diri menghadapi sesuatu, melainkan sebuah aktivitas alamiah untuk menghadapi kesedihan, stres, dan luka batin. Karena itu, menangis sebenarnya adalah terapi yang terkait erat dengan menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun