Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - Bams sedang berikhtiar untuk menayangkan Sekelebat CERPEN: BERTEMUNYA DUA ORANG HEBAT (6). Semoga bermanfaat. 🙏🙏

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah Peringkat # 1 ========================================== Puji TUHAN atas IDE yang Engkau alirkan DERAS ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Monolog 8: Kerinduan

2 Juni 2021   19:00 Diperbarui: 2 Juni 2021   18:56 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen karya pribadi (Karya Bambang Syairudin)

Monolog 8: Kerinduan

Anakku, Fia, kerinduan pada hakekatnya adalah realitas jiwa yang memberontak. 
Memberontak terhadap tekanan realitas duniawi yang mengusung keterpecahan ruang-waktu.

Anakku, engkau tentu sudah mengerti apa itu hakekat kerinduan. 
Engkau tentu sudah bisa mengelompokkannya kedalam garis, lingkaran, ataukah titik.
Sebagai wujud, daging dan tulang, pikiran, kesadaran, jantung, dan hatimu tentu pernah mengalaminya. 

Dan tentu engkau akan berhadapan dengan sedih, gelisah, senang, susah, merana, menderita, bahagia. 

Tapi, anakku, pernahkah engkau merindukan dirimu? 
Dan pernahkah engkau merindukan Tuhanmu ? 
Ingatlah, anakku, bahwa kerinduan adalah salah satu bukti jejak akan adanya hakekat perjumpaan. 
Jika engkau tidak menggunakan bahasa kesadaranmu, pastilah engkau akan yakin bahwa kerinduan itu hakekatnya adalah tidak ada. 
Karena hakekat perjumpaan sudah memuat keabadian, ruang dan waktu tidak ada, jarakpun dengan sendirinya tak ada; 
dan kita tidak bisa mengatakan dimana letaknya jauh, dan dimana letaknya dekat, karena semuanya itu ada pada keserentakan perjumpaan. 
Dan semuanya berkumpul, saling bersaksi.

Baiklah, anakku, ayah kira, wasiatku tentang hal ini sudah cukup bagimu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun