deburan ombak
terakhir
dan
akupun tak henti menangisi
padamnya pelita hatiku
mencari sorot cahaya
di mata langitmu
di pinggiran lautmu yang sama itu
kumenjerit terjepit di kulit
kerang rahasia belantara
diammu
setelah keterusiranku
dari kota bulan punggung laut
di sepanjang jalan pulang
kumengenang masa laluku
sedu kelu mengintip bintik retinamu
gerak getar bibirku gagu mengaji suaramu
dengan mulut masih dipenuhi kotoran rindu
kumendaki lereng bukit heningmu
lalu
engkau hajar rinduku
engkau cambuk bicaraku
dengan halilintar ilmumu
karna tak sabarku
memaksa bertemu
maha sabarmu