Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dendang Dahlia

20 Oktober 2022   03:27 Diperbarui: 20 Oktober 2022   03:28 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dendang dahlia, walau membelukar, indahnya ada. Tebar pesona, hampar tiada tara, subur jiwanya. Di taman ini, ia bereksistensi, ingin lestari.

Di gerah hati, cenderung ingin congkrah, dendam merekah. Swara mengerang, lalu hilang di pandang, ditekuk bayang. Terkadang rebah, menggelepar di tanah, resah gelisah.

Menjadi bunga, dikira gampang saja, segala bisa. Itu dugaan, sulit menjadi kembang, mekar mewangi. Dahlia itu, akarnya pun berbonggol, berwarna warni.

Ikhlas selalu, keharuman disebar, tanpa bercitra. Dendam sembunyi, sangat dalam sekali, benamkan iri.

Bersinar indah, di pancaran mentari, yang tersembunyi. Harum dahlia, kan slalu menyertai, pagi ke pagi.

"Tumindak luhur, wangi angawur-awur, budi kang luhur .  Kalangan jembar, wangi angambar ambar, greget kang anyar".

Bunga dahlia, tetaplah memesona, mampu berkaca. Insan mulia, wajib tebar aroma, lestari lama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun