Gong belum ditabuh. Tetapi pemanasan semakin riuh. Ada yang menawarkan hujan di hari terang. Barangkali mampu menggantikan kepemimpinan di masa mendatang.
Di suatu hutan. Suara riuh bersahut-sahutan. Beberapa pohon besar bersaing tentang siapa yang paling patut berada di ketinggian.Â
Sejenak melupakan, kewajiban untuk saling mengayomi. Bersikap lebih hati-hati. Entah kenapa, keriuh rendahan itu semakin membahana. Waktu yang tepat tak kunjung tiba.Â
Ketulusan sedang bersembunyi. Di suatu tempat yang gelap sekali. Hari-hari nanti tak mau sulit. Di singgasana yang terkesan elit.
Rerumputan yang tulus mulai disulut-sulut. Dijadikan objek untuk berebut. Banjir olah kata dikira patut. Semata-mata untuk mendulang pengikut.Â
Memuji diri sendiri, memang mengasyikkan. Kecenderungannya, hanyalah meninggikan atau merendahkan. Lebih banyak bermain perasaan. Sementara akal sehat dipinggirkan.
"Nalika aman, katon kaya singa. Nanging pas ana ontran-ontran, pengine dadi kidang". Saat sedang damai, terkesan buas kuat seperti singa. Di saat menghadapi krisis, lari bersembunyi menjadi kijang.