Membaca itu perlu. Biar tidak buta, terus dipandu dengan meraba-raba. Mengkhayalkan apa yang sedang terjadi. Lalu dijadikan dasar untuk menyusun alibi.
Logika berurusan dengan akal. Tetapi tidak dijamin semua benar. Akal bulus pun bila dapat masuk di akal, bila dianggap sebagai kebenaran.
Kumpulan huruf bisa jadi fatamorgana. Antara logika dengan fakta dibuat masuk akal semua. Entahlah, apakah ini termasuk peretasan validitas ?
Bagaimana pun juga, membaca tetaplah perlu. Polos seperti pola pikir anak kecil. Berbeda dengan orang dewasa yang sok bermotif kuasa. Bisa jadi bacaannya sama, tetapi dapat dibuat skenario yang berbeda-beda.
Kebaikan tertinggi dikira tidak ada. Kepolosan pun begitu. Malah gemerlap asesoris, dikejar agar mampu menghipnotis sesama.
Jika belajar itu dimaksudkan untuk meraih kebebasan sebebas-bebasnya, mungkinkah itu ?Â
Saat melihat burung terbang, mengira mereka punya kebebasan yang lebih leluasa. Padahal dengan membaca pun kita mampu terbang ke arah penghayatan yang lebih tinggi lagi. Tatkala masih ada keinginan untuk memahami yang tersirat itulah, kita butuh belajar membaca lagi.