Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sombong di Ketinggian Benci

15 April 2022   17:20 Diperbarui: 15 April 2022   17:24 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di ketinggian benci, paling nikmat beradu sombong. Di antara kita, siapakah yang paling bergengsi ? 

Di atas langit, konon masih ada lapisan langit. Jika niatnya hanya beradu gengsi, pasti tidak akan ada tamatnya. Bersambung, seperti cerita silat yang berjilid-jilid.

Padahal, kehormatan itu hanya layak dianugerahkan kepada mereka yang sudah mampu menghormati sesama.

"Kaurmatan iku mung patut kanggo sapa wae kang bisa ngurmati sapadha-padha. Honor est in honorante".

Di kehidupan sehari-hari saat ini, seakan tak pernah lowong perilaku membully. Berlangsung di kehidupan artis, politikus,orang kaya baru, yang tak pernah sepi mengolah ujaran benci. Mereka yang tidak memiliki kompetensi, ikut-ikutan nimbrung bernyanyi.

Jika masih awam, mestinya lebih banyak belajar diam. Tapi buih itu tak sudi menderita, sekaligus lupa bagaimana caranya untuk bersuka ria.

Sombong di ketinggian benci memang mengasyikkan sekali. Berkat nyanyian mereka, dunia pun berdenyut tak mau berhenti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun