Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kelam yang Disembunyikan

5 Desember 2021   20:53 Diperbarui: 5 Desember 2021   21:27 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Bulat Lingkaran di kelam"  - dokpri  besubroto

Dalam pancaran riuh warna, marahmu mau dominan sendiri. Mengelabui pola, hingga tak paham asal usulnya. 

Mungkin hanya perasaan sesaat. Namun untuk menelusurinya hati menjadi bertambah penat. 

Segala sesuatu mesti didalami. Kenapa begini, tidak begitu. Kenapa tersisa bara, kenapa belum padam sempurna.

Jika ada angin lewat, abu itu bersatu dengan debu. Arang sekamnya bisa dilacak, dulu pernah suatu saat terbakar api marah. Banyak korban terjebak parah.

Merah api di kepung hangus hitam, mungkin masih mampu membuat lingkaran. Bersahaja saja. Tanda bahwa dahulu lingkaran itu pernah utuh adanya.

Marah itu ibarat dijilat api. Pelan tapi pasti, berkobar tak terkendali. Telinga merah. Menjilat mulut, mengaburkan mata. Kata-kata tinggal abu arangnya.

Ah sudahlah. Pasti semua pernah marah. Kebanyakan itu sudah menjadi khasanah silam. Sisi kelam itu disembunyikan, sebagai gelapnya bulan. Kita  hanya mengagumi sisi terang sang bulan saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun