Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Biarlah Tak Tenar

1 Desember 2021   07:21 Diperbarui: 1 Desember 2021   07:36 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Mekar di tepi Jalan" - dokpri hani

Di pinggir jalan, tumbuhnya meliar. Saat pagi, berseri menatap matahari. Mekar sebentar. Tak lama lalu layu. Di senja, ia sudah menyentuh tanah terkapar.

Bunga itu tak tenar. Karena tidak berharga, ia tak punya nama. Tak punya status. Jika ada yang lewat, dikagumi pun tidak. Nilainya sama dengan semak belukar.

Bunga dan manusia saling berebut aroma. Masing-masing menuju posisi bergengsi. Harga diri, tak mungkin ditawar-tawar lagi.

Kasta ada di mana-mana. Seperti tanaman dan bunga. Jika ikut si kaya, citranya mekar berlipat-lipat. Jika menjelata, sama sekali tidak berharga sangat.

Aku menemukan bunga di tepi jalan. Biarkan kutanam dan kusayang. Di dalam kesederhanaannya ada aura berkilauan. Bunganya tak bergincu berlebihan.

Di alam liar itulah, sejatinya kehidupan. Tak suka dimanja berlebihan. Biarlah, mereka tak tenar. Tapi masih bersemangat menghias alam ini tanpa rasa gengsi-gengsian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun