Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Berhenti di Setopan Bangjo

15 November 2021   21:01 Diperbarui: 15 November 2021   21:09 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Traffic Lights" 2014 - Lucas Zimmermann

Merah, kuning, dan hijau. Masing-masing berjatah waktu. Itulah "traffic lights" atau lampu setopan bangjo.

Lampu itu dikira pengintai. Dipersiskan mata gagak yang menatap curiga terhadap pengguna  jalan raya.

Jika nyali berkobar, tanda lampu merah pun dilanggar. Gas diraung-raungkan, menggoda kesunyian dan keheningan. Seperti kuda liar yang kehilangan telinga dengar.

Lampu itu pengingat. Bahwa hidup itu perlu bersiap. Kuning penuh kesiapan. Kapan harus berhenti, dan kapan melaju lagi.

Waktu memang uang. Itu sumber ketidakpastian. Di kejar mereka lari. Didiamkan malah datang sendiri.

Lampu setopan di perempatan jalan mencatat siapa patuh, siapa pula si pembuat gaduh.

Di sini tercecer remah-remah ketinggian hati. Rasa tidak peduli, ingkar terhadap hati nurani. Seperti rimba raya saja.

Kekerdilan, kehinaan, bahkan kesombongan itu seperti lampu. Berkerlip-kerlip, henti tak mau.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun