Ke Belitung, maunya cari solusi. Topik masa lalu, ternyata masih mendominasi.
Sejak dari hotel, berjalan ke pantai. Pucuk merah  tahu. Bahwa senja pun mampu berubah-ubah dengan berbagai warna riang dan sendu.
Kemudian kita bersepeda. Bergerak dari depan artefak bangunan masa lalu. Tapi berdua malah tambah membisu.
Siapa bilang jatuh cinta itu mudah. Masing-masing sulit berdamai. Sulit menerima bahwa masa lalu itu telanjur jadi cerita.
Cerita itulah yang menjadi syair lagu gundah. Seakan masuk ke perasaan paling dalam. Cemburu dendam  mengikuti ke mana-mana tiada bosan.
Di Belitung banyak peninggalan lubang tambang. Menganga mengingatkan masa lalu. Praduga pun bermunculan. Tak akan ketemu, jika keliru dalam menentukan teknik penambangan cinta itu.
Jika fokus, sumber masalahnya mestinya ketemu. Tapi karena bersilangan terus, tetap berteka-teki. Seperti meramal dengan suara tokek, jadi atau berhenti.
Terlalu mengejar cinta sering sia-sia. Sulit menghampiri para pencari. Â Ujungnya sebenarnya sederhana : "Cinta senantiasa bersuka ria, kala kita ikhlas menerima apa adanya".