Kala menangis, aku pun membayangkan, yang menyenangkan. Walau pun tersamar, tetap terpeluk, sulit dilepas.
Ikhlas melepas, bukanlah akhir, tapi membuka awal. Tak ingin pisah, mau bebas menyinta, dengan si dia.
Hakikat bahagia, carilah terus, hingga berjumpa. Lalu mencoba, melekatkannya, tanpa diminta. Hatinya bersih, seputih abu, dingin tak berapi.
Hapus air matamu, teguhkan hati, tak tega meninggalkanmu. Tetap ada di sini, berkeyakinan, kamu jodohku.
Walau pun tidak sama, bukan rintangan, tapi tantangan. Berniat menyatukan, kendati beda, tapi mengerti.
Perbedaan itulah, yang merukunkan, yang meneguhkan.