Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Getol Berjempol-jempol

26 Oktober 2021   23:04 Diperbarui: 26 Oktober 2021   23:48 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Konon Julius Caesar menggunakan jempol sebagai isyarat kehidupan. Bayi yang aktif menggerakkan jempolnya, itu pertanda punya masa depan cemerlang. Sedangkan jika gerakan ibu jarinya lemah, mereka tidak memiliki prospek menang dalam intrik kehidupan.

Dalam praktik, ada periode di mana jari telunjuk menunjukkan tingkat kekuasaan seseorang. Tetapi setelah jari telunjuknya powerless, maka yang lebih difungsikan bisa jadi jempolnya. Mereka nyaman jadi pendukung, karena asyik berjempol-jempol. Mereka menunjukkan naluri sebagai pemuja, buat siapa saja yang didukungnya.

"Enthik-enthik, patenana si penunggul. Penunggul dosane apa, dosane ngungkul-ungkuli ...". Mengungguli dianggap dosa. Itulah sebabnya, mereka lalu berupaya mengoleksi kelemahan lawan politiknya.

Ini menjadi biang kerok terjadinya sasar-susur. Jika porsi sasarnya lebih besar, akan berkonotasi positif. Tapi bila posisi susurnya lebih dominan, maka situasi makin simpang siur.

Sasar-susur itu mirip chaos. Kekacauan berpola pikir, karena subjektivitas dirinya hadir.

Kebanyakan kita lupa motto "Gnothi se Auton" yang tertulis di kuil zaman Yunani kuna. Perintah dewa itu,  mewajibkan manusia mengenali diri sendiri terlebih dahulu.

Jari yang harmonis di satu tangan, tidak terdiri dari jempol semua. Jempol yang baik, tidak boleh menjadikan satu tangan terdiri jempol semua.

Itu makna dari toleransi, karena keberagaman itu tidak bermsksud memaksakan kehendak berdasar subjektivitas pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun