Semestinya terluka, teringat kamu, hindari nyaman. Harusnya dipernyaman, lha kok mendendam, tujuh turunan.
Tubuh ikut-ikutan, mata membuta, sampai kapan ? Tadinya kuat, kini melemah sangat, nunggu kiamat.
Lalu beda cerita, kau yang jahat, aku yang hebat. Tapi ini kan versi, bisa berbalik, jahat dan baik.
Akhirnya aku paham, jika pun dendam, haruslah padam. Hidup banyak pilihan, memburu benar, memanen onar.
Marilah kita sadar, belum terbakar, berasap benar. Jika mengalah, malah memanen berkah, yuk percayalah.