Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Setia Tergantung Cuaca

16 Oktober 2021   17:54 Diperbarui: 16 Oktober 2021   17:56 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi tadi masih kulihat coretan "setia selamanya" di pohon itu. Tapi sekarang hanya untuk dikenang. Kejengkelanlah yang mampu menorehkan luka itu. Di situ, di kulit pohon itu.

Dalam bahasa kulit pohon, setia membawa luka. Sehari-hari masih butuh sinar mentari. Tapi selalu berubah di pagi, siang, dan sore hari.

Tatkala pagi, setia tulus berseri-seri. Jika siang, mulai melirik cari peluang. Jika malam, merasa bahwa selingkuh itu aman. Lupa sesaat bahwa kita masih sepasang.

Setia itu senjata bagi umumnya pria. Ia dapat disetel sesuka-suka.  Apalagi jika berpunya. Kesempatan kapan pun mungkin dibuat ada.

Saat khusyuk berdoa di pusaramu aku mengaku. Di depan bercitrakan setia, di belakang, mencari celah agar aman bertingkah.

Makna setia menjadi berbeda-beda. Jika dulu seni menipu, kini saat untuk realistik selalu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun