Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merasa Kaya biar Tetap Dipuja

6 Oktober 2021   03:55 Diperbarui: 6 Oktober 2021   04:02 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Merasa kaya itu prestise. Dari abad pertengahan hingga hingga sekarang, makna harafiahnya tetap, yaitu laksana tipuan tukang sulap atau ilusi .

Merasa kaya, dipraktikkan dengan rajin bersedekah. Akan terasa mewah, jika uang seribu rupiah berpindah tangan di lampu merah. Sejenak lalu bersyukur mengenang zaman susah.

Siklus saling membutuhkan itu tak pernah berhenti berputar. Kebiasaan sosial budaya tersebut berputar terus, menjadi sarana untuk menunjukkan sifat kedermawanan sosial.

Prestise adalah lambang status sosial seseorang. Sebenarnya itu perilaku sosial seseorang, untuk melambungkan rasa hormat atau penghargaan sosial secara terstruktur.

Perilaku sosial tersebut dilambangkan dengan peralihan jabatan bergengsi. Dilanjutkan, setelah pensiun, sebagai status sosial pribadi.

Pada struktur sosial budaya mana pun, perilaku tersebut bisa dimanipulasi. Masyarakat luaslah yang akan memberi penilaian tentang kemurnian kepantasannya.

Itu karena, prestise itu bisa jadi terlalu kelihatan palsu dan wagu.

Prestise bisa menjadi bersinar, manakala dikombinasikan dengan aplikasi motif berkuasa. "Sugih bandha bandhu", menyiratkan tujuan bahwa harga diri seseorang itu tercermin dari kepemilikan harta serta ribuan teman.

Itulah mengapa, terdapat gejala tentang keinginan orang kaya untuk mendapatkan jabatan politik pemerintahan.

Mereka berharap, selain "sugih bandha", juga makin "sugih bandhu". Saat ini atau nanti, jaringan sosialnya akan berdampak positif terhadap kelancaran bisnis pribadi. Sambil menyelam, minum air.

Sebenarnya, prestise itu memiliki alternatif hierarki. Setiap tahapan akan menghasilkan wilayah keterpengaruhan sendiri-sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun