Banyak contoh lain tentang menipisnya sikap hormat untuk sesama.
Dalam dunia perkantoran, seseorang diam tak berpendapat dalam suatu rapat. Di luaran, ia menghambat upaya pencapaian tujuan tidak seperti keputusan rapat.
Atau ketika diajak makan siang, ia menurut apa kata pengundang. Namun ketika pesanan dihidangkan, menyampaikan ketidaksukaannya terhadap pilihan  menunya secara vulgar.
Hubungan sosial dapat mendekat dan menjauh gara-gara faktor asertif.
Misal, kenapa kecenderungan untuk pintar-pintaran terjadi ? Orang lain diberi label dungu. Kenapa orang ingin dikesani paling beriman ? Wacana asertif dalam keseharian sangatlah minim. Kalah dengan wacana reaktif.
Memang sulit untuk menghindari sikap reaktif. Karena perasaan memang mudah terbakar, apinya menghanguskan, suasana pun menjadi saling cakar.
Sikap asertif mungkin luntur bukan karena saling berbalas kekasaran. Sikap lembut pun mampu meluluhkan sikap asertif. Kata peribahasa : "Mulut manis mampu mematahkan tulang".
Mematahkan tulang adalah pengibaratan perilaku yang lembut, tetapi mampu meluluhkan kehendak orang lain ketika berusaha menolak.
Walhasil, perilaku asertif terpengaruhi oleh pendekatan yang terkesan tidak memaksa itu.
Jika demikian halnya, maka untuk menjadi asertif pun banyak tantangannya. Kebanyakan berlangsung tidak terasa.