Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bebal Si Muka Tebal

23 September 2021   06:09 Diperbarui: 23 September 2021   06:14 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustasi oleh Bambang Subroto

Sebagai penyeimbang kehidupan di dunia, bebal itu dibutuhkan. Bayangkan, bila di kehidupan ini hanya diisi oleh orang pandai saja, terus siapa yang rela dibodoh-bodohin.

Bebal itu berperilaki bodoh. Bahasa sarkatisnya, Si Otak Udang atau Si Otak Ayam. Mungkin untuk memberi gambaran tentang kapasitasnya dicitrakan yang amat sangat terbatas.

Bayangkan, jika perilaku bebal sama sekali tidak ada. Semua mengaku orang pintar, dan di antara mereka pun pasti ada yang dibebal-bebalkan.

Dalam organisasi yang berbasis massa, syarat perekrutannya tidak berdasarkan tingkat kepintaran. Kecuali untuk para pengurusnya yang wajib piawai dalam mengendalikan psikologi massa.

Jumlah followers itu penting. Dengan bermodalkan jumlah pengikut, popularitasnya pun terkerek naik.

Dari sudut pandang sosiologi, massa merupakan kumpulan atau kelompok orang dalam jumlah yang besar. Mereka disatukan, dengan alasan khusus.

Bisa jadi karena kesamaan perasaan. Mungkin juga karena kemiripan gagasan. Atau bisa jadi berhasrat sama pula.

Keadaan yang spesifik tersebut tidak terasa  bisa mengekang perasaan pribadi, berubah menjadi perasaan massa. Hasrat pribadi orang per orang kemungkinan menjadi padam, mengarah ke depersonalisasi.

Sebagai kumpulan, massa cenderung tunduk terhadap pengaruh yang beragam. Tetapi bila dampak psikologi massanya lebih kuat, bisa jadi mereka benar-benar hanya sekedar angka.

Menjadi anggota atau simpatisan organisasi massa ada enaknya. Bagi yang tidak peduli lagi terhadap eksistensi diri, yang dibutuhkan ketertundukan. Lebih banyak menerima, daripada bertanya. Ini ditengarai sebagai proses awal masuknya bibit kebebalan tanpa terasa.

Tujuan pribadi berubah menjadi tujuan kelompok massa. Mereka berjalan bersama, ke sana ke mari, karena kebutuhan organisasi. Apalagi bila label sebagai kelompok penekan telah dimiliki. Jarang di antara anggotanya memiliki semangat kegilaan yang mengandung pertanggung jawaban pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun