Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Membidik Pusat Sasaran

20 September 2021   02:14 Diperbarui: 20 September 2021   02:20 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Kenapa ada rasa khawatir pada suatu saat tertentu ? Rasanya kita sedang merasa ikut menyelesaikan masalah apa pun tanpa diminta.

Rasa khawatir itu berbeda dengan di saat berstatus pelajar. Karena nilai terjelek di kelas, akan menjadi penyebab kemarahan orang tua. Atau ketika masih berstatus pegawai, performance terjelek akan memengaruhi perjalanan karir.

Di saat kebebasan berpendapat melalui media sosial saat ini, banjir pula rasa khawatir. Tetapi kalau ditelusur, opini yang disampaikan terkesan simpang siur. Masalah sosial, politik, dan keagamaan sering dijadikan ajang untuk "ngundamana".

Ngundamana itu mirip katarsis. Istilah Jawa ini mengambil judul apa pun untuk dibahas. Bisa dilakukan sendirian, atau bersama-sama, seperti sedang membahas segala topik di saat sedang bermain gaple.

Ngundamana itu tidak mengenal kompetensi atau tanggung jawab profesi. Yang terpenting uneg-uneg bisa disampaikan secara pribadi, agar melegakan hati. Seolah-olah sedang dimintai saran pendapat, agar masalah apa pun mampu diatasi dengan cepat dan tepat.

Katarsis, mampu menggunakan cara ngundamana, tanpa disadari oleh para pelakunya.

Katarsis merupakan medium yang pas untuk pembaruan ruhani, agar lebih nyaman lepas dari masalah asli pribadi yang sedang dihadapi.

Penumpahan isi hati itu dibutuhkan oleh setiap orang. Tentang bagaimana caranya berujar, tergantung kebisaan dan kebiasaan.

Ada yang nggugel, ada pula yang terbiasa menyusun kalimat sendiri. Itu dianggap sebagai peluru paling tajam, saat sedang serang menyerang. Medsos mampu diajadikan ajang untuk berkatarsis itu.

Pengunggah konten katarsis mendadak akan merasakan lega hati. Beban ketegangan emosi karena masalah sehari-hari terasa banyak terkurangi.

Ngundamana pun mampu memunculkan rasa lebih mulia secara tiba-tiba. Ini merupakan dampak etisnya. Rasa mulia seolah-olah atau imitasi, kadang tidak sempat mengabadi sebagai ciri insan kamil yang berhakiki.

Setiap orang memiliki potensi sebagai perusak yang berlainan-lainan. Oleh karenanya, praktik pelenyapan, penggantian, atau pengalih wujudan pun, pasti berlain-lainan gayanya bagi setiap individu.

Bila sedang berkatarsis, kita merasa seolah-olah sedang berkontribusi dalam upaya pemecahan masalah. Termasuk ketidak sadaran bahwa  pihak yang berwenang sebenarnya sedang berusaha keras  mengatasinya.

Agar lebih adil dalam melihatnya, pihak yang sedang ngundamana berkatarsis tetap diberi ruang. Demikian pula para pengambil keputusan juga diberi keleluasaan dan kepercayaan dalam melaksanakan kewajibannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun