Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Bernego dengan Ego

20 Agustus 2021   04:18 Diperbarui: 20 Agustus 2021   04:18 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Hidup pada hakikatnya  dijalani sendiri-sendiri. Walau pun diikat dengan satu komitmen pernikahan. Perjalanan satu biduk, melintasi karang terjal yang berbeda.

Bermula dari awal yang indah. Cinta memang penuh buaian khayal. Mimpi itu diisi dengan harapan yang nyaris sama, yaitu bahagia dunia akhirat. Gelembung saling mengagumi itu mengantarkannya ke gerbang kehidupan bersama.

Berangsur-angsur hidup bersama itu berubah menjadi realita keseharian. Tadinya bersemboyan dua adalah satu, berubah secara pelan menjadi saling mendominasi satu lawan satu.

Tampak luar seperti "mimi mintuna". Hanya citra kebersamaan yang ditampakkan. Tetapi yang terjadi kemudian adalah saling mendominasi. Jika dominasi isteri terlalu kuat di rumah, para suami berserikat di luaran. 

Mereka asyik bersama dalam Asosiasi Suami Takut Isteri. Bibit bersandiwaranya mulai dilatih. Terkesan kuat tetapi lemah. Terlihat patuh, tapi mulai belajar berselingkuh.

Komitmen cinta tidak lagi membubung. Pelan-pelan membangun citra baik yang terselubung. Tadinya berjalan vertikal, pelan-pelan mulai membangun visi pribadi yang sama-sama menantang.

Ketika cinta mulai membumi itulah cengkeraman ego mampu menggoyang akar kebersamaan hingga mungkin tercerabut.

Bumi keindahan pun semakin nyata berbeda. Ada yang kandas di tengah jalan, ada pula yang mampu berjalan bersama dengan polesan pencitraan.

Pernikahan tidak bisa menghilangkan egoisme pribadi pasangan. Pelan tetapi pasti, suami atau isteri cenderung terarah atau harus terarah ( hanya) terhadap diri sendiri. Pada setiap waktu, kepentingan itulah yang membungkusnya, dan mampu menggerus kwalitas hubungan pelan-pelan.

Siapakah pemenang dari pertempuran ego ini. Suami atau isterikah? Dalam pewayangan, itu digambarkan dalam adegan Perang Kembang. Mati lalu hidup lagi di episode yang berlain-lainan. Itulah sejatinya ego yang tidak pernah mati.

Cinta memang mengejar kesempurnaan, tapi tidak dengan cara mengembangkan ego. Tujuan dari perjalanan bersama itu adalah membangun mutu kehidupan yang lebih baik, lebih menyenangkan, dan lebih berguna.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun