Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Halusinasi Suka Terbang ke Awan

22 Mei 2021   18:25 Diperbarui: 22 Mei 2021   18:40 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kenapa ada peluang berhalusinasi ? Karena di atas ada awan. Kita bisa tersenyum, karena sebentar lagi bisa menyapa hujan. Tapi bisa juga teriris pedih, karena wajah awan mirip sang mantan.

Apakah diperlukan bukti fakta atas kejadian tersebut ? Tentu sangat sulit dipenuhi. Mereka tidak pernah melihat sang mantan duduk di awan. Mereka juga tidak pernah mendengar apa yang diucapkannya. Tetap kita bisa membuat cerita, bahwa mantan masih akan bahagia bila diberi kesempatan hidup dalam kenyataan.

Istilah halusinasi memang berasal dari bahasa latin. "Penglihatan dan pendengaran tak akan pernah melihat fakta. Tetapi khayalan tentang itu diyakini ada".

Karena produk rekaan, maka diskusi tentang benar atau tidak benar bisa berkepanjangan. Kecuali terdapat kesepakatan bahwa halusinasi merupakan kebenaran yang fiktif.

Bagaimana dengan halusinasi tertulis ? Paling mudah ya menikmati karya sastrawan. Mereka piawai merangkai kata, sehingga pembaca hanyut perasaannya, seolah seperti realita sesungguhnya.

Angan-angan yang dibiarkan bebas sangat diperlukan. Need, asal usulnya dari khayalan. Orang prestatif, mampu mengubah halusinasi menjadi khayal yang akan diubah menjadi kenyataan. Tapi tentu kita harus sepakat dulu bahwa halusinasi merupakan khayal kerja prestatif. Bukan hanya sekedar dongeng fiktif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun