Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mematut Kok dengan Fraud

17 Mei 2021   15:58 Diperbarui: 17 Mei 2021   16:03 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semua orang ingin dikesani patut. Predikat tidak patut, sungguh memalukan. Cara untuk menjadi patut bermacam jalan. Dari yang lurus, hingga berjurang dalam.

Mematut-matut atau menampankan bisa dengan cara melakukan fraud.

Fraud itu jalan curang. Hanya orang berwenang yang punya peluang menjadi pemenang. Mereka umumnya berstatus. Entah di level puncak, menengah, atau rendah. Masalahnya, apakah ada yang mampu menghindari kesempatan yang menggiurkan ini ?

Mestinya ada. Dari catatan kasus yang ditangani KPK, sebagian besar koruptor adalah mereka yang sedang berwenang. Menteri, Gubernur, Bupati, anggota DPR, serta pejabat publik lainnya. Mereka rentan menyalahgunakan wewenang.

Perbuatan atau transaksi curang yang mengandung unsur penipuan arau penggelapan, disebut fraudelent.

Kita memang suka berburu kenyamanan. Dari tahap ke tahap berikutnya yang diusahakan hanyalah kenyamanan. Zona ini tidak mungkin ditinggalkan lagi. Tak ada kata surut untuk itu.

Sementara, pengertian kenyamanan itu sendiri hanya herlangsung sebentar.Tidak lama kemudian akan hilang nyaman. Karena sudah menguasai caranya,  proses penumpukan yang terjadi berulang-ulang, dilakukan lagi.

Mematut dengan melakukan fraud sebenarnya gampang. Hati nurani dipadamkan. Dan dalam kegelap gulitaan, terbangun rasa aman. Seolah tidak ada yang menyaksikan. Padahal baru kemarin ia mengatakan bahwa Tuhan itu maha melihat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun