Mudik identik dengan berwisata sekeluarga. Bila pergi berkendaraan pribadi, bisa mampir sana sini. Lewat jalan tol tidak menarik lagi.
Pemandunya bergantian. Objeknya pun berlain-lainan. Eyang putri paling suka memori bersekolah. TK hingga Perguruan Tinggi dilewati semua. Anak cucu mendengarkan. Bila terjadi pengulangan, mereka maklum.
Lain lagi Eyang Kakung. Memorinya dipandu oleh hal-hal yang berkaitan dengan kuliner. Bisa warung langganan, atau rumah makan mahal yang dulu tidak terjangkau harganya. Setelah mampu beli, telanjur banyak pantangan.
Wisata lebaran tersebut sudah dipersiapkan matang. Hotel, protokol kesehatan, budget, dan lain-lain. Ibaratnya, mereka sudah mandiri dalam mengelola manajemen risiko.
Kalau semua mandiri dalam pengelolaan risiko, Pemerintah diuntungkan. Tidak diperlukan larangan yang berlebih-lebihan.
Risiko tinggi berlaku untuk para pihak yang tidak mematuhi protokol kesehatan. Jika patuh, risiko tentu sudah terkelola secara mandiri.
Bagi aparat Pemerintah, mengelola lebaran di saat pandemi tidaklah mudah. Biasanya masyarakat yang sedang riang berlebihan, akan terkurangi kewaspadaannya. Jika terjadi apa-apa, si tertuduh utama ya Pemerintah lagi.