Mohon tunggu...
Bambang Setijoso
Bambang Setijoso Mohon Tunggu... Electromagnetics / Senior Electrical Engineer Specialist -

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Yang Mungkin Luput dari Perhatian Garuda Indonesia

29 Juli 2018   05:08 Diperbarui: 29 Juli 2018   08:00 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Pada tahun-tahun tersebut jumlah armada, dan jumlah penumpang belum sebesar tahun 2017. Sementara jumlah pegawai juluh jauh lebih lebih sedikit dibanding jumlah pegawai tahun 2012. Ini bisa menjadi pertanyaan lanjutan adakah rasio antara jumlah armada, dan jumlah penumpang masing2 terhadap jumlah pegawai berpengaruh terhadap kinerja GI. Sekilas terkesan lebih menguntungkan dengan armada lebih kecil.

Bagaimana GI akan menerangkan hal ini. Walaupun penyebab kerugian di tahun 2017 memang tidak semata hanya karena harga avtur tetapi juga karena "extra ordinary items". Toh jika extra ordinary items" ini dikeluarkan dari perhitungan rugi laba, tetap masih menghasilkan kerugian.

Apakah mungkin jumlah armada yang membengkak dari 140 (2013) ke 203 (2017) menjadi penyebab?, ini perlu dikaji lebih lanjut. Mengingat pembengkakan armada tidak diikuti dengan tambahan pegawai tetapi justru penurunan jumlah baik Pilot, maupun Cabin Crew.

Antara Aspek Bisnis dan Operasi Pesawat 

Dikatakan bahwa, triwulan pertama tahun 2017 diawali dengan kondisi peningkatan beban operasional sebesar 21,27% yoy yang merupakan dampak dari peningkatan harga bahan bakar sebesar 36,84% yoy, serta investasi terkait beban biaya pesawat (bahan bakar dan biaya rental pesawat) dari ekpansi

bisnis di internasional. Peningkatan pendapatan sebesar 6,25% yoy belum mampu menutupi beban operasional yang ada sehingga rugi.

Tampaknya penunjukkan Pahala Nugraha Mansury sebagai eks Direktur Keuangan Bank Mandiri tepat untuk memilah milah mana bagian operasional pesawat untuk dioptimalisasikan (terkait dengan produk pesawat dan jasa airline) dan mana bagian bisnis "as usual" yang juga perlu dioptimumkan.

Pendapatan

Dilaporkan pendapatan pertahun naik terus. Itu bagus. Tetapi bukankah itu suatu kenisbian karena dibarengi dengan jumlah armada yang naik terus dari 2013 sd 2017. Kalau jumlah armada naik tetapi pendapatan tetap, nah itu akan menjadi masalah besar. Jangan sampai kita berada pada kesimpulan lebih baik dengan armada kecil tetapi untung daripada dengan armada besar tetapi rugi ( walaupun pendapatan naik / lebih besar).

Kalau kita lihat dari parameter "passanger yield" yang merupakan pendapatan penumpang per RPK (pendapatan penumpang yang berasal dari jumlah penerbangan dikalikan dengan jarak kilometer yang diterbangi), memang tren menurun terus. Contohnya dari tahun 2013 sampai 2017, berturut2 sbb.:  9,06;  8,57; 7,46;  6,93; 6,71 USc. Tidak ada penjelasan dalam KU 2017 mengenai hal ini, apakah penurunan rasio itu ada dalam ambang batas normal, juga berapa nilai standar pada umumnya.

Jumlah armada yang membesar bak raksasa tampaknya bukan suatu penghalang untuk menjadikan perusahaan untung. Kenyataannya American Airline termasuk yang teratas dari " The 10 Most Profitable Airline of The Globe"  dengan jumlah armada 1556, th 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun