Medan : Assosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (ASPRINDO) Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Sumatera Utara menggelar Halal Bi Halal bersama perwakilan Dewan Pimpinan Pusat beserta jajaran terkait yang dilaksanakan di Hotel Grand Kanaya Sumatera Utara, Sabtu (14/7).
Dalam sambutannya Ketua Umum ASRPINDO H. Jose Rizal, MBA mengarahkan dan menyampaikan agar para pengusaha pribumi yang tergabung dalam Asprindo, diarahkan untuk ikut berperan serta dalam pembangunan ekonomi guna menghadapi tantangan kemiskinan.Â
Pasalnya pada tahun 2017, penduduk miskin di Indonesia mencapai 26,58 juta orang atau sebesar 11%. Sedangkan menurut Bank Dunia (World Bank) jumlah penduduk miskin berjumlah 86,6 juta atau 33,3%.Â
Dari data tersebut, ini menunjukkan bahwa masih adanya ketimpangan pendapatan dalam masyarakat kita dengan ratio mencapai angka 039, yang didalamnya terdapat ketimpangan pemilikan lahan yang buruk meskipun mengalami penurunan di tahun 2013 menjadi 0.68.
Gambaran ekonomi Indonesia tersebut, dapat dicermati dari data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) bulan Juli 2017, yang menunjukkan bahwa 56.87% total simpanan di perbankan di Indonesia dikuasai oleh sekitar 0.11% dari total jumlah rekening.
Selanjumya, Laporan Credit Suise tahun 2016 menyatakan bahwa 1% penduduk terkaya Indonesia menguasai 49.3% kekayaan nasional, dan 10% penduduk terkaya menguasai 75.7% kekayaan nasional.Â
Data ini juga menunjukan adanya oligarki ekonomi yaitu suatu sistem penguasaan aset dan akses sumberdaya ekonomi yang dikendalikan oleh sekelompok pelaku ekonomi.
Tantangan ekonomi selanjutnya adalah belum optimalnya pembinaan dan fasilitasi para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional, pada hal sumbangannya terhadap PDB (Pendapatan Domestik Bruto) mencapai 60 %.Â
Ditambah lagi belum stabilnya harga 9 bahan pangan pokoknya, yang diakibatkan 'Supply and Demand' belum terintegrasi dalam sistem yang padu. Ketidak-paduan ini sering diatasi dalam pengadaan pangan yang belu terencana. Dan dalam mengatasi hal tersebut sering menggunakan pendekatan tambal sulam, semisal import beras dan bahan pangan strategi lainnya.
Masalah lain adalah kekurangan pasukan rumah (backlog) sebanyak 800rumah/pertahun.Â
Tantangan berikutnya potensi ekonomi baik dalam sektor pertanian, kelautan, pertambangan, pariwisata dan ekonomi kreatif yang tersebar pada seluruh wilayah Indonesia, belum dioptimalisasikan untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat .