Mohon tunggu...
Bambang Irwanto Soeripto
Bambang Irwanto Soeripto Mohon Tunggu... Penulis freelance - Penulis cerita anak, blogger, suka jalan-jalan, suka wisata kuliner, berbagi cerita dan ceria

Bercerita yang ringan-ringan saja, dan semoga membawa manfaat.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Maniak Teh

7 Oktober 2022   11:16 Diperbarui: 7 Oktober 2022   11:28 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ternyata, saya langsung disambut kata-kata mutiara oleh ibu saya, "Ya, beda warna beda rasa, walau mereknya sama. Anak kembar saja beda. Ayo, cari lagi!" Saya pun langsung ngacir lagi berburu teh.

Ibu saya sangat suka minum teh. Setiap pagi dan sore, teh pasti tersedia di rumah. Wajar saja, kalau 3 dari 5 'titisan darah merahnya', jadi ikut-ikutann suka minum teh. Siapakah mereka?

Mereka adalah Saya si anak ke tiga, kakak perempuan saya yang nomor dua,  dan adik saya yang nomor 4. Kakak laki-laki pertama saya tidak suka minum teh, sedangkan adik saya yang anak ke 5 alias bungsu, selalu menolak minum teh. Alasannya teh bikin pipis-pipis hehehe. Halah.. saya nggak tuh hehehe..

Padahal dari artikel yang pernah saya baca minum teh itu sangat bermanfaat. Bisa membuang racun dalam tubuh, meningkatkan imunitas tubuh, mengobati sakit kepala, menurunkan kadar kolesterol, sampai membantu perawatan gigi.

Nah, lanjut soal minum teh di keluarga saya. Ibu saya itu termasuk tipe-tipe setia pada satu merek produk. Termasuk merek teh tehnya pun spesial. Ibarat syair lagu, tidak bisa pindah ke lain hati.  Itu tuh, yang ada merek botolnya. Terus maunya yang warna hijau, padahal ada juga yang warna biru

Pernah ibu menyuruh saya membeli teh kebanggaan itu. Pas di supermaket, ternyata yang ada cuma yang warna biru. Saya pun tekad beli. Pikir saya, sama saja kan. Paling beda warna. Apalagi kan satu pabrik.

Ternyata, saya langsung disambut kata-kata mutiara oleh ibu saya, "Ya, beda warna beda rasa, walau mereknya sama. Anak kembar saja beda. Ayo, cari lagi!" Saya pun langsung ngacir lagi berburu teh.

Bukan hanya soal merek teh, soal penyajian teh juga, ibu saya punya cara tersendiri. Jadi teh ditaruh dulu di teko, lalu kasih gula sesuai takaran. Baru ditambah air mendidih. Ingat air yang saat mendidih. Karena kata ibu saya, kalau airnya panas-panas kuku apalagi panas-pamas manja, tehnya tidak akan merah. Setelah itu didiamkan 20 menit, ditutup lap makan bersh baru disajing ke gelas-gelas atau cangkir.

Makanya, kalau di rumah, jangan coba-coba ada yang membuatkan teh untuk ibu saya. Dijamin tidak akan sesuai seleranya. Tehnya kebanyakan lah, kurang manislah, kuang merah lah, dan lainnya lainnya, Jadi mending cari aman. saja Ibu yang bikin tehnya, saya numpang minum saja hehehe.

Mungkin karena sudah tertancap di hati dan jiwa ibu saya,, maka soal teh ini sudah dipakemkan. Makanya ibu saya suka mengeluh kalau minum teh di tempat lain. Misalnya saat ke rumah bude saya. Bude saya juga suka teh, cuma cara penyajiannya berbeda.

Bude saya, teh diseduh dulu dalam teko. Sedangkan gulanya di gelas. Baru dituangkan tehnya ke dalam gelas itu. terakhir baru diaduk. Kalau mau tambah, maka lakukan lagi cara dari awal hehehe...

Pernah juga ibu ke rumah saudara lain. Kebetulan mereka tidak terlalu suka minum teh. Jadi hanya sedia teh celup. Ibu saya langsung loyo. Dan begitu sampai rumah, langsung buru-buru bikin teh, sebagai tindakan balas dendam hahaha...

Di lain waktu, ibu saya ke suatu tempat yang tidak ada teh merk kebanggannya itu. Sudah mutar nyari, tidak ketemu. Akhirnya coba teh merk lain, dan hasilnya, bukan selera hehehe

Makanya ibu saya paling sedih kalau nginap di rumah lain. Apalagi penyebabnya kalau bukan soal teh. Dari masalah beda merk, beda penyajian dan kurang puas minumnya.

Suatu hari ibu saya telepon.

          "Mbang antarin ibu ke rumah Febri, ya!" Febri itu adik bungsu saya.

          "Siap, Bu!"  saya pun segera meluncur ke rumah ibu.

          Sampai di sana saya langsung terkejut. "Wah, Ibu mau nginap sebulan. Itu bawaan banyak banget?" tanya saya.

            Ibu saya hanya tersenyum. Kasihan deh, saya dicuekin hehehe.

Sampai di rumah Febri, saya terbelalak saat ibu saya mengeluarkan barang-barang bawaannya dari tas. Ada teko teh, gula, cangkir khusus teh ibu, dan tentu saja beberapa bungkus teh kebanggaannya.

            "Yuk, kita segera acara teh!" ajak ibu saya.

            Walau ribet, ternyata ibu saya sudah menemukan caranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun