Mohon tunggu...
Bambang Irwanto Soeripto
Bambang Irwanto Soeripto Mohon Tunggu... Penulis freelance - Penulis cerita anak, blogger, suka jalan-jalan, suka wisata kuliner, berbagi cerita dan ceria

Bercerita yang ringan-ringan saja, dan semoga membawa manfaat.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Antara Penulis dan Rokok

24 April 2018   13:36 Diperbarui: 11 Juli 2020   09:52 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : Ue Depositphoto

Gaya penulis satu dengan penulis yang lain itu berbeda. Jadi bukan saja dari tulisannya, tapi juga proses menulisnya. Jadi kalau ada dua tulisan yang sama persis dari awal sampai akhir, dari A samapi Z, dari Sabang sampai Merauke, pasti salah satunya plagiat.

Jadi kalau, ada yang bertanya pada setiap penulis bagaimana proses kreatifnya, pasti jawabannya berbeda. Misalnya ada yang suka menulis di kafe. Ada yang suka menulis di perpustakaan. Ada yang suka menulis di tempat keramaian, tapi yang harus menulis di tempat sepi. Waktu menulis juga bisa berbeda-beda, lho. Ada suka menulis pagi, siang, bahkan tengah malam.

Kalau gaya menulis saya sih, saya lebih suka menulis dari pagi sampai sore. Terus malamnya buat santai. Kecuali ada kerjaan mendadak dan harus diselesaikan, baru saya buka laptop di malam hari. Saya juga menghindari begadang. Jadi jangan begadang menulis, kecuali ada hajatan hahaha.

Begitu juga dengan amunisi menulisnya. Ada penulis yang sebelum menulis harus  ditemani musik dan cemilan. Ada harus sedia kopi sambil merokok. Pokok semua disesuaikan dengan penulisnya masing-masing. Tentu saja agar menulis jadi lebih enjoy dan menyenangkan.

Nah, soal rokok ini, memang tidak bisa dipungkiri sih, penulis itu banyak yang menulis sambil merokok. Katanya sih, (ini katanya ya...) imajimasi bisa lebih berkembang dan mengalir kalau sambil merokok. Selain itu bawaannya enjoy. Bisa juga sih, seperti itu. Hanya yang paling penting, kalau mau mau tulisan jadi bagus, ya... harus rajin menulis dan terus semangat menulis.

sumber foto : FX Here
sumber foto : FX Here
Lanjut soal rokok tadi, mungkin memang bagi penulis yang merokok bisa sangat membantu saat menulis. Tulisan lancar jaya dan cepat selesai. Hanya soal asap rokok, pasti tidak akan bisa hilang begitu saja, karena asap rokok tidak hanya meninggalkan bau di mulut saja, tapi juga di rambut, tangan, dan pakaian.

Zaman old atau zaman now, kiprah penulis tidak hanya duduk menulis di depan laptop (dulu sih mesin tik hehehe...). Dari dulu juga, penulis itu tampil di depan umum. Misalnya peluncuran buku atau  workshop-workshop penulisan.

Zaman Now apalagi. Dengan adanya media sosial, penulis akan lebih banyak tampil di depan publik. Menulis tidak hanya sekedar cerpen atau buku, tapi lebih beragam. Bukan hanya sekedar launching buku atau workshop penulisan, bisa juga juri menulis, gala premier film. Bahkan karena foto-foto diri sudah banyak di medsos, jadi pas di luar rumah, bisa saja ketemu para fans.

Nah, dengan seringnya tampil di depan publik, mau tidak mau, para penulis dituntut harus menjaga penampilan ya, termasuk soal bau asap rokok ini.  Agar si penulis tetap merasa nyaman berada di tengah banyak orang, termasuk orang yang tidak merokok.

Mungkin salah satu solusinya mencari rokok yang asapnya tidak terlalu banyak, jadi baunya terlalu menyengat. Kemarin sih, tidak sengaja saya menemukan hastek #LessSmellIsMore. Jadi katanya rokok Dunhill itu ada asap rokoknya tidak bau. Lengkapnya bisa cek di sana. Jadi tidak perlu khawatir lagi soal bau asap rokok ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun