Mohon tunggu...
Bambang PakDe
Bambang PakDe Mohon Tunggu... Auditor - Seorang Bapak dari 2 Anak

Sekedar ungkapan hati saja

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Apa Hukuman yang Layak bagi Koruptor?

19 Maret 2019   08:38 Diperbarui: 19 Maret 2019   10:11 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Korupsi lagi oleh pejabat tinggi...
Katanya Indeks Persepsi Korupsi (IPK) sudah membaik, nyatanya tetap saja koruptor seperti tak ada jeranya dengan kegiatan ngeri -- ngeri sedap ini.
Tanya sendiri ke mbah google, sudah berapa ratus pejabat yang ter OTT oleh KPK.
Sudah kaya kok masih korupsi ? tidak ada hubungannya mas !.

Korupsi itu lebih pada perkara internal pelaku, yaitu niat dan hasrat. Faktor eksternal seperti munculnya kesempatan atau lemahnya sistem kontrol memang jadi pemicu juga, tapi factor niat tetaplah penyebab utama.
Kalau sudah berhubungan dengan niat, maka sepertinya satu satunya cara hanyalah dengan ancaman yang menciutkan niat.

Ada 2 negara asia yang berhasil menciutkan niat para koruptor ini dengan cara yang khas (mungkin sesuai latar belakang tradisinya).  

CHINA
Membangkitkan Efek takut yang membuat jera.
Sejak 2013 Presiden Xi Jinping telah menghukum 1,34 juta pejabat korupsi. Mungkin saya kebanyakan nonton film kungfu, di mana para pengkhianat negara dieksekusi secara live di depan rakyatnya. Nyatanya sampai sekarang hukumannya masih sama. Diikat, diarak keliling kota, dipermalukan di depan umum, dikumpulkan dalam stadion penuh penonton lalu... tanpa ampun dor !.... mati.
Perjanjian ekstradisi dengan negara negara lain juga dilakukan untuk memburu para tersangka yang melarikan diri ke luar negeri. Benar -- benar niat ini negara.
Alhasil, banyak para tersangka lebih memilih bunuh diri daripada dijadikan tontonan maut akhir pekan.

JEPANG
Membangkitkan  Efek malu yang membuat jera.
Di luar dugaan, Jepang hanya menetapkan hukuman maksimal 7 tahun penjara, tak punya undang -- undang atau Badan Khusus seperti KPK untuk menanggulangi korupsi.
Harakiri menunjukkan bahwa masyarakat Jepang memang lekat dengan budaya malu dan harga dirinya. Sangsi sosial dalam menghukum koruptor menjadi efektive di Jepang karena langsung akan berdampak pada harga diri pelaku.
Konon keluar dari penjara, maka koruptor ini akan dikucilkan masyarakat dan akan kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan atau pelayanan masyarakat.
Bunuh diripun serasa menjadi pilihan terbaik koruptor. Bahkan banyak pejabat yang meletakkan jabatan walaupun kasusnya baru sebatas dugaan saja.
Seperti Jepang, Korea Selatan juga memiliki hukuman yang serupa.

Di Indonesia Bagaimana ?
Para koruptor masih cengengas cengenges kepedean. Bahkan tega untuk dadah dadah dan senyum manis di depan kamera bak artis kurang order. Santai bung...  toh kamar penjara bisa disulap semewah Presidential Suite lengkap dengan paket wisata tour kok. Peluang untuk maju calon legislatif lagi juga masih lebar. Lihat saja berapa banyak caleg yang mantap Napi.
Indonesia beruntung dibekali nuansa agamis, pembangkitan Efek Sadar saya kira lebih tepat dari pada hukuman seperti China atau jepang.
Sentuh keimanannya, Insya Allah angka korupsi akan turun.
Makanya para pendakwah juga harus dilindungi, diayomi, diajak dialog baik baik gitu loh... .  
sebaliknya, di sisi lain para pendakwahpun harus lebih sabar, paham situasi.....
Kesadaran dua arah.

Salam Hangat
Bambang PakDe

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun