Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Parade Bulan Madu

1 Maret 2021   10:39 Diperbarui: 1 Maret 2021   10:59 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semuanya seperti ingin menginterogasiku. Semuanya tiba-tiba menjadi seperti wartawan yang sedang memburu berita. Bahkan, ada yang berlagak seperti polisi yang memeriksa tersangka tindak kriminal.

Kepentingan orang-orang yang ingin menemui si Noko amat beragam. Dari kepentingan bisnis, keluarga, politik, sampai urusan yang paling personal, yaitu soal asmara. Semuanya menjadi sangat menggangguku. Dan merusak agenda rutinku.

Pagi ini, sejatinya aku hanya ingin berkegiatan di dalam rumah saja. Menjauhkan diri dari kerumunan adalah pilihan yang paling aman saat ini. Karenanya, aku bermaksud untuk mengunci pintu rumah dan menggembok pintu pagar. Tetapi ketika aku hendak melakukannya, tiba-tiba datanglah seorang perempuan dewasa yang ingin menemuiku.

"Nama saya Yuttari. Biasa dipanggil Tari. Kedatangan saya kemari, untuk memohon bantuan Sampean." Jelasnya, setelah kupersilahkan duduk di kursi di teras rumah.

"Apa yang bisa saya bantu, Zus?"

"Tolong, Mas beri tahu saya, di mana keberadaan Bang Noko."

"Wah, kalau itu bukan hanya Anda yang nanya, tapi banyak juga yang lainnya. Sayangnya, saya tidak tahu di mana beliau berada sekarang ini...."

"Saya sungguh mohon pada Mas! Soalnya keperluan saya ini, urgen banget. Jadi dengan segala hormat dan sangat, sekali lagi saya mohon bantuannya..."

"Saya mohon maaf, Zus! Sebab saya bener-bener tidak tahu!"

Dengan jawabanku itu, sesungguhnya aku berharap agar perempuan itu segera pamit dan meninggalkanku. Namun nyatanya tidak. Ia malah bersikap aneh. Tetap duduk mematung di tempatnya. Lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Sesekali ia menghentak-hentakkan kedua kakinya ke lantai. Tak lama kemudian, mulailah terisak-isak, seperti menahan tangis. Aku tak bisa berbuat apa-apa untuknya, kecuali membiarkan saja.

Beberapa menit kemudian, sambil masih terisak, Rita menjelaskan padaku. Bahwa sesungguhnya ia adalah mantan kekasih Jhanoko. Sekarang, ia ingin menyambung kembali hubungan cinta mereka. Bahkan jika Noko mengajaknya untuk segera menikah, ia pun siap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun