Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Gagal Sikapi Kegagalan

23 Agustus 2019   10:11 Diperbarui: 23 Agustus 2019   10:44 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kegagalan dalam menggapai suatu mimpi atau ambisi adalah hal yang lumrah. Siapa pun pasti pernah mengalaminya. Rugi, malu atau kecewa memang bisa saja menghampirinya. Banyak orang yang bisa menerima situasi seperti itu dengan legowo dan ikhlas. 

Baginya, kegagalan bukanlah kiamat. Sebab itu, tidak akan membuatnya marah dan kalap. Atau tidak membuatnya frustrasi dan depresi. Kegagalan justru dipakainya sebagai sarana mawas diri dan momentum pembelajaran diri. Untuk selanjutnya bangkit dengan semangat baru, harapan baru dan cara baru yang lebih elegan.

Tetapi, banyak juga orang yang tidak bisa seperti itu. Kegagalan akan dirasa sangat menyakitkan. Sangat memalukan bahkan seakan sudah meruntuhkan harga diri atau  martabatnya. Dan celakanya, mereka langsung cari kambing hitam dari pihak lain. 

Mereka beranggapan, kegagalannya pasti disebabkan oleh kecurangan atau kejahatan pihak lain. Akibatnya, mereka menjadi sangat tidak terima. Meradang dan murka terhadap pesaingnya yang dianggap telah mengkandaskan harapannya.

Selanjutnya, kalau bisa mereka akan berusaha untuk menggagalkan kesuksesan pesaingnya. Namun jika tidak bisa, mereka akan mencari atau memakai setiap kesempatan yang ada untuk merecoki, mengganggu atau merusak reputasi pesaingnya.

Fenomena itu sering terjadi pada semua bidang kehidupan. Gagal di dunia bisnis, misalnya. Banyak juga yang gagal di pendidikan dan karirnya. Pun di bidang olahraga ataupun hiburan.  Dan yang paling menyakitkan dan luas dampaknya, ialah kegagalan dalam mencapai ambisi politiknya.  

Sebagian dari para orang gagal itu kemudian menjelma menjadi pengrecok, pengganggu, pengadu domba, penyebar hoax dan fitnah. Bahkan menjadi penista, perusuh dan pemberontak. 

Itu dilakukan secara pribadi, secara kelompok atau pun secara massal. Jika sejak lama kita telah sering mendengar istilah 'Barisan Sakit Hati', barangkali itulah label yang pas untuk dikenakan pada mereka.

Kalau belakangan ini, negeri kita dilanda berbagai kegentingan, ketegangan dan kerusuhan sosial di beberapa tempat, bukan tidak mungkin itu semua didalangi oleh orang-orang yang sakit hati. Barisan sakit hati itu bisa dari satu kelompok kepentingan tertentu. Bisa juga dari berbagai kelompok kepentingan yang beraksi bersama-sama.

Taklukkan Krgagalan Anda

Mengapa orang bisa tiba-tiba berubah menjadi pembenci, penghina, penghasut, perundung, pemersekusi, dan penteror? Salah satu penyebab utamanya, karena mereka gagal move on dari kegagalan yang dialaminya. Atau gagal mensikapi kegagalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun