Kuharap engkau tetap ramah dan bergairah. Jangan kecut apalagi marah. Lihat saja, ketika kuajak seribu merpati menyibak kabut kemunafikan para pengaku dewa. Lihat saja, ketika kugandeng seorang diva untuk dendangkan gita cinta bagi kemerdekaan berekspresi.
Kuharap engkau tetap ranum dan tersenyum. Jangan meradang apalagi menantang ajak perang. Tengok saja, saat kupeluk rembulan, dan kuajak diskusi merenda puisi-puisi bertendensi suci. Biar sejuk kembali hati anak-anak negeri yang menggelepar terinjak narasi basi para politisi imitasi.
Kuharap engkau tetap tafakur dan bersyukur. Jangan mendengkur apalagi takabur. Nikmati saja lantunan desah cintaku yang diaransir para pemazmur legendaris. Yang menembus langit dan berujung di kaki-Nya dalam simpuh sujud yang khusyuk. Biar titah dan agape-Nya menegak muliakan hidupku.
"Lalu kapan gelora erotismu kau lampiaskan untuk puaskan puanmu?" tanyamu, tercengkeram cemburu.
"Kapan aroma wangi cintamu merebahkannya dalam pelukmu sampai terlena dalam nikmat yang kudus?"
Kalau itu maksudmu, janganlah pura-pura pandir dan kuatir. Apalagi ingin jadi martir.
Aku pasti terus tunaikan tanggungjawab cintaku. Bukan hanya asmara yang parsial dan sektoral. Tetapi untuk seanteronya.
== Karena kidungku adalah kidung kesemestaan cinta ==
==000==
Bambang Suwarno-Palangkaraya, 31 Mei 2019 Â