Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lelaki Dipecundangi Ambisi

28 April 2019   22:08 Diperbarui: 28 April 2019   22:13 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saat pesta panca warsa digunting merah pitanya, paras langit tersipu elok merona. Bulan tersenyum dan beribu bintang pun sigap menari dalam konfigurasi cantik memarakkan utsawa demokrasi yang awali tahapannya.

Sontak gelombang mimpi dari para kurcaci berdasi beraksi. Dari garba jiwa lelaki itu sendiri, melonjak meletup syahwat bertakhta. Maka berpagutanlah mereka membentuk pahatan ambisi. Bercumbu rayulah mereka sarat libido dan ilusi menggenggam nuswantara.

Dalam restu konstitusi, kolaborasi begitu, sah adanya. Segenap yang bersayap pun meliuk mencicit sesuka-suka mengangkasa hirup kemerdekaan berekspresi. Beri inspirasi pada setiap strata generasi anak negeri.

Berangsur berikutnya, beragam kepentingan dari berbagai penjuru beriap-riap melingkari lelaki itu. Masing-masing tawarkan asa, jasa dan massa. Masing-masing mengusung agenda-agenda raya maupun terselubung.

Lalu pria itu dijunjung-junjung di tiap-tiap panggung. Dicekoki rumus-rumus akal bulus. Dikipasi janji-janji militansi mengkreasi seribu aksi. Dirangsang skenario mengulang keberuntungan historis.

Makin ke sini, udara seantero negeri menggerah dan kerap menyengat. Genderang yuda di jagad media rakyat menghebat tak beretika. Beribu berlaksa ujaran hitam nan brutal baku hantam menerkam korban-korban.

Kira mereka, gaya itulah yang paling menikam kubu sebelah. Ada ribuan jiwa kerdil mengimaninya. Ada yang tersihir namun perlahan menyingkir.Tapi lebih banyak yang tertawai sambil terus menyusun soliditas merapikan strategi dan kontra strategi.

Maka ketika pesta itu mencapai kemuncaknya. Ketika jutaan anak bangsa menunai kecintaannya. Di negeri sendiri atawa di manca. Euforianya amat menggairah namun meletihkan. Sampai renggut ratusan nyawa. Sungguh perhelatan mewah nan mahal taruhannya.

== Gambar sementara jawaranya pun sudah terbayang ditayang-tayang ==

Entah berdasar apa, lelaki itu melontar dan mengepal. Gemetar tangannya seperti telah menggapai mahkota. Senyumnya nampak tuna makna. Sorot netranya pun menajam tapi nanar. Para kolega dan mitranya pun berangsur beringsut menyusut.

Andai lembaga pengadilnya akan mengetuk tetapkan si kampiun svayambara. Dan bila asmanya tak diucap dan tangannya tak diangkat. Bila takdir kembali tak memeluknya, semoga dia tetap tegar dalam kesatriaannya. Tetap kokoh dalam kesendiriannya.

Oh, lelaki yang disanjung dan dipecundangi ambisi!

==000==

Bambang Suwarno-Palangkaraya, 28-04-2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun