Oleh: Bambang Suwarno
Biasanya tak dianggap, ditoleh pun kagak. Tak penting dibilangnya. Ngribeti dan nyusahin saja.  Sebab itu, biarlah keberpihakan disimpan  jauh di awan-awan. Biarlah kemaslahatan ditabukan, diselip saja di gemintang malam. Nasibnya? Siapa peduli?
Biasanya begitulah wajah asli dan nyanyiannya. Begitulah ritme keluh erang dan deritanya. Menyayat memilu membiru haru. Bernanah bahkan kadang berdarah-darah. Bilangannya berjuta-juta
Tapi bulan-bulan ini, seperti pada siklusnya. Mereka disapa, disenyumi, disantuni dan diiming-imingi. Mereka dirangkul dicipika-cipiki. Mereka baru dimanusiakan bahkan dimohon-mohon
"Dukung kami ya tuan dan nyonya! Ingat kami ya saudara-saudariku! Hunjam lukisan diri atau asma kami sebentar lagi! Kamilah pembelamu. Kamilah heromu. Plis...plis....plis!"
Ini anomali atau keterjungkirbalikan? Yang biasa terabai, termarjinalisasi bahkan kadang terinjak; kini dipertuan dipernyonya
Tapi tak apa. Sesekali rakyat biar nikmati kedautannya. Rakyat tidak hanya ditentukan, tapi yang menentukan.
"Sungguh, engkau bukan apa-apa tanpa mereka!"
Tapi tak apa. Sesekali rakyat biar nikmati kedaulatannya. Bahkan rakyat bisa menghukum tokoh-tokohnya, ketika mereka tak memilihnya.
         ==000==
Palangkaraya, 17 Februari 2019