Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Syukuran Merah Padam

13 Januari 2019   23:45 Diperbarui: 13 Januari 2019   23:59 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pak Darno..........," suara Ny. Bonggo menyentak kegalauan hatinya.

"Jangan keburu nelangsa dulu ya, Pak! Pasti Pak Bonggo dan saya, tidak akan lepas tangan begitu saja! Kami pasti ikut memikirkan masa depan Sampean. Kami sudah berencana memberikan pesangon untuk Sampean. Kami ingin agar pesangon itu nantinya bisa dipakai sebagai modal usaha Sampean atau istri Sampean."

                                    ***

Setahun kemudian, ketika umur Darno memasuki tahun ke enam puluh, masa purna tugas itu memang benar-benar harus dijalani. Segala kegamangan dan kecemasan yang sebelumnya pernah selalu menghantuinya itu, kini justru berubah menjadi sebuah kebebasan yang membahagiakan.

Penyebabnya karena pesangon yang diterima dari majikannya, jumlah nominalnya sangat fantastis baginya. Seratus juta rupiah! Seumur-umur Darno dan istrinya belum pernah memegang uang sebanyak itu. Memimpikannya pun belum pernah. Dan itu masih ditambah lagi dengan kiriman dari Agung dan Dinar (putra-putri Pak Bonggo), yang sedang kuliah sambil kerja di Australia.  Masing-masing mengirim dua puluh lima juta rupiah.

"Sungguh tidak sia-sia lima belas tahun aku mengabdi pada keluarga yang berhati mulia itu." Gumamnya kepada dirinya sendiri.

Jika digabung dengan dua puluh juta rupiah uangnya sendiri yang ada di tabungan, maka saat ini Darno dan isterinya memiliki dana segar seratus tujuh puluh juta rupiah. Dan itu baru dicapainya setelah ia baru saja memasuki masa pensiunnya. Barangkali inilah yang disebut sebagai 'berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian'.

Dengan kepala tegak dan senyuman bangga ia menatap masa tuanya. Pensiun bukan lagi masa suram, tapi masa yang memerdekakan jiwa dan raga. Tugas berikutnya adalah bagaimana cara mengisi kemerdekaan itu. Selamat datang masa pensiun!

                                    ***

Sebelum keluarga itu mendiskusikan untuk menentukan sebuah opsi terbaik. Sebelum mereka menetapkan untuk membuka sebuah usaha keluarga yang paling pas yang bisa dilakukan. Yang hasilnya bisa untuk meningkatkan kualitas hidup di masa pensiun. Sebelum itu, Darno bermaksud akan mengadakan acara syukuran terlebih dahulu.

"Semua yang kita dapatkan dari keluarga Pak Bonggo itu adalah berkat Tuhan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun